Sri Rahayu mengatakan, pemanggilan Kepala Disdik diharapkan dapat menguak kendala dan persoalan apa yang menjadi penyebab merosotnya tingkat kelulusan SLTA. Lebih lanjut dia mengatakan, kegagalan patut dijadikan ukuran untuk membuat pola pendidikan yang optimal bagi pelajar. Setidaknya tingkat
kelulusan UN tahun mendatang bisa lebih baik. "Harus ada perubahan di tahun depan. Jangan sampai peristiwa itu terus berulang," kata dia.
Ditambahkan Sri Rahayu, penurunan kelulusan ini juga tidak sebanding dengan anggaran pendidikan yang telah dikucurkan pemerintah. Dengan anggaran sebesar Rp300 miliar, kata kader PKS tersebut, seharusnya sektor pendidikan di Kota Depok menjadi sangat berkualitas. Kenyataannya sungguh memprihatinkan. "APBD untuk bidang pendidikan mencapai Rp300 miliar, itu cukup untuk pendidikan kita," katanya.
Apalagi, kata istri Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, anggaran pendidikan sudah lebih dari 20 persen sesuai Undang-undang (UU) system pendidikan nasional. Dengan itu sewajarnya berimplikasi positif terhadap pendidikan di Kota Depok. "Kita harus dapat mencari formulasi baru agar tidak ada lagi kemerostotan kulitas pendidikan di Kota Depok," kata dia.
Ditemui di tempat sama, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Imam Budi Hartono memaparkan, draft raperda pendidikan Depok sudah dirancang sejak lama. "Draftnya sudah dibuat dari sebelumnya, sejak saya di DPRD Kota Depok," kata Imam.
Menurut Imam, tanggungjawab pendidikan adalah kewajiban negara, bukan masyarakat. Artinya, jika masalah pendidikan muncul di suatu daerah, maka yang wajib menyelesaikan adalah pemerintah setempat. "Ingat, dasar hukum pendidikan itu harus sesuai amanah, yaitu UUD 1945. Tanggungjawab pendidikan jangan dialihkan kepada masyarakat. Negara yang utama," kata dia.
Imam mengatakan, Raperda Pendidikan Kota Depok yang dirancangnya dahulu menjamin kualitas pendidikan di Depok. Ia menginformasikan, total APBD Jawa Barat senilai Rp9,8 triliun untuk pendidikan dialokasikan sebesar Rp 1,9 triliun. Sedangkan anggaran pendidikan untuk Depok hanya sebesar Rp 300 miliar dari total APBD Depok yaitu Rp. 1,087 triliun.
Sementara itu, Ketua DPD PKS Depok, Mujtahid Rahman Yadi mengungkapkan, untuk melahirkan kualitas SDM Depok yang kompeten dibutuhkan system pendidikan yang kondusif. "Untuk itu diperlukan raperda pendidikan yang senafas dengan kebutuhan penyiapan SDM yang kreatif," kata Yadi.
Untuk diketahui tingkat kelulusan SMA di kota Depok secara total, menurun 4 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, presentase kelulusan untuk SMA di Kota Depok mencapai 99,12 persen, dan saat ini mencapai 95,49 persen. Secara statistic jumlah pelajar yang tidak lulus sebanyak 1.321 siswa dari total 13.180 peserta ujian nasional (UN) tingkat pada 2010.
Dengan peserta UN SMK menempati jumlah terbanyak, yakni 1052 pelajar. Disusul peserta UN SMA sebanyak 195 pelajar dan 74 pelajar Madrasah Aliyah (MA).
Untuk presentasenya pelajar SMA setara 95,49 persen dari 4.794 peserta, pelajar SMK setara 86,72 persen dari 7931 peserta, dan pelajar MA setara 87,77 persen dari 455 peserta.
Sementara itu, Kepala Dinas PEndidikan Kota Depok, Farah Mulyati berdalih ketidaklulusan peserta UN ini masih ada peluang. Dengan mengikuti UN ulangan yang digelar 10-14 Mei 2010. Melalui UN ulangan ini, sambung dia tidak ada lagi pelajar yang tak lulus. Asalkan pelajar UN yang tak lulus mengikuti kembali program UN ulangan itu. Agar memiliki peluang lulus UN.