DEPOK, Terpilihnya kembali Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2010-2015, secara aklamasi, dalam kongres ke-3 PDIP yang berlangsung di Sanur, Denpasar, Kamis (8/4) kemarin, sudah dapat diprediksi. Pasalnya, tidak ada kader PDI Perjuangan yang mampu menyaingi ketenarang Megawati. Hanya saja, menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Abdul Gafur Sangadji, terpilihnya kembali Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan menyisahkan dua tantangan barat di masa mendatang, dalam menghadapi peta perpolitikan di Indonesia. "PDI Perjuangan menyisahkan dua tantangan terberat dalam peta perpolitikan di Indonesia," katanya, Jumat (9/4).
Tantangan pertama, PDI Perjuangan akan berhadapan dengan kompetisi politik ketat dalam Pemilu 2014, dimana hampir seluruh partai politik besar telah melakukan pergantian kepemimpinan alias miliki ketua umum baru. "Faktor ketua umum merupakan salah satu magnet politik. Permasalahannya PDIP masih bersandar pada ketokohan Megawati," terang Abdul Gafur Sangadji.
Tantangan kedua, adalah untuk pemilihan presiden, kompetisi makin ketat dengan hadirnya kandidat-kandidat baru. Apalagi SBY sudah pasti tidak maju lagi ke gelanggang politik sesuai ketentuan konstitusi. Untuk mendongkrak perolehan suara, PDI Perjuangan harus mencari figur calon presiden selain Megawati. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah Megawati legowo melepas peluang calon presiden begitu saja. "Berat bagi PDI Perjuangan jika masih mengusung Mega sebagai calon presiden,"katanya.
Lebih lanjut Abdul Gafur Sangadji mengatakan, seharusnya momentum Kongres dapat melahirkan hal baru. Sayangnya hal itu sama sekali tidak terjadi. Ketua umum partai tidak bergeser. Dinasti Megwati masih cukup kuat. Yang kemudian akan menanggung kerugian itu adalah PDIP sendiri. "Saya sama sekali tidak melihat adanya perubahan pada PDI Perjuangan jika masih bersandar pada Megawati," katanya.
Ia mengatakan, tidah seharusnya PDI Perjuangan bergantung pada kepemimpinan Megawati. Padahal untuk melakukan pertarungan di medan perpolitikan Indonesia kedepannya mutlak dibutuhkan regenerasi politik sehingga akan memunculkan figur-figur alternatif.
Abdul Gafur Sangadji menegaskan, terpilihnya Megawati sama halnya terjadi dinasti politik. Yang menjadi pertanyaan, apakah partai ini milik orang per orang atau seluruh kader dan simpatisan PDI Perjuangan. Kalau pun jawabannya adalah milik seluruh kader dan simpatisan, seharusnya rotasi kepemimpinan dilakukan secara regular. "Tidak seperti sekarang. Kok dari mulai berdiri sampai saat ini, Ketua Umum PDIP masih dipegang Megawati," katanya.
Padahal jika kader dan simpatisan PDI Perjuangan mau melakukan evaluasi, lanjut Abdul Gafur Sangadji, kepemimpinan Megawati pada Pemilu 2009 tidak berhasil mempertahankan suara PDIP dan posisi PDIP. Suaranya malah menurun dan posisinya saat ini nomor tiga setelah Demokrat dan Golkar.
Tantangan pertama, PDI Perjuangan akan berhadapan dengan kompetisi politik ketat dalam Pemilu 2014, dimana hampir seluruh partai politik besar telah melakukan pergantian kepemimpinan alias miliki ketua umum baru. "Faktor ketua umum merupakan salah satu magnet politik. Permasalahannya PDIP masih bersandar pada ketokohan Megawati," terang Abdul Gafur Sangadji.
Tantangan kedua, adalah untuk pemilihan presiden, kompetisi makin ketat dengan hadirnya kandidat-kandidat baru. Apalagi SBY sudah pasti tidak maju lagi ke gelanggang politik sesuai ketentuan konstitusi. Untuk mendongkrak perolehan suara, PDI Perjuangan harus mencari figur calon presiden selain Megawati. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah Megawati legowo melepas peluang calon presiden begitu saja. "Berat bagi PDI Perjuangan jika masih mengusung Mega sebagai calon presiden,"katanya.
Lebih lanjut Abdul Gafur Sangadji mengatakan, seharusnya momentum Kongres dapat melahirkan hal baru. Sayangnya hal itu sama sekali tidak terjadi. Ketua umum partai tidak bergeser. Dinasti Megwati masih cukup kuat. Yang kemudian akan menanggung kerugian itu adalah PDIP sendiri. "Saya sama sekali tidak melihat adanya perubahan pada PDI Perjuangan jika masih bersandar pada Megawati," katanya.
Ia mengatakan, tidah seharusnya PDI Perjuangan bergantung pada kepemimpinan Megawati. Padahal untuk melakukan pertarungan di medan perpolitikan Indonesia kedepannya mutlak dibutuhkan regenerasi politik sehingga akan memunculkan figur-figur alternatif.
Abdul Gafur Sangadji menegaskan, terpilihnya Megawati sama halnya terjadi dinasti politik. Yang menjadi pertanyaan, apakah partai ini milik orang per orang atau seluruh kader dan simpatisan PDI Perjuangan. Kalau pun jawabannya adalah milik seluruh kader dan simpatisan, seharusnya rotasi kepemimpinan dilakukan secara regular. "Tidak seperti sekarang. Kok dari mulai berdiri sampai saat ini, Ketua Umum PDIP masih dipegang Megawati," katanya.
Padahal jika kader dan simpatisan PDI Perjuangan mau melakukan evaluasi, lanjut Abdul Gafur Sangadji, kepemimpinan Megawati pada Pemilu 2009 tidak berhasil mempertahankan suara PDIP dan posisi PDIP. Suaranya malah menurun dan posisinya saat ini nomor tiga setelah Demokrat dan Golkar.
0 komentar:
Posting Komentar