Kamis, 08 April 2010

Delapan Minggu Lagi, Bayi Tanpa Anus di Operasi

DEPOK, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail kunjungi ruang Muhammad Firdaus, bayi yang terlahir tanpa anus, di Rumah Sakit (RS) Bunda. Dengan didampingi Kabag Humas dan Protokol Hani Hamidah, dan Kepala Dinas Kesehatan, Hardiono, wali kota langsung mendatangi ruang intensif bayi. Ia melihat kondisi Firdaus mulai membaik karena telah dilakukan operasi pembuatan anus.
Menurut dr Desiana, saat di bawa ke RS Bunda, kondisi Firdaus cukup kritis, ia mengalami sesak nafas, perut kembung, dan kulit bayi berwarna kuning. "Operasi yang dilakukan hanya bersifat sementara sebagai tahapan pertolongan pertama, agar Firdaus dapat membuang kotorannya melalui perut yang dilubangi supaya tidak kembung lagi. Operasi lanjutan dengan membuat sel dubur biasanya akan dilakukan 8 minggu setelah operasi pertama atau tergantung dari kondisi bayi," terangnya kepada wali kota, Kamis (8/4).
Setelah mendengar penjelasan dokter secara panjang lebar, wali kota pun mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan yang dengan sigap mengatasi masalah Firdaus. Kesigapan Dinkes terlihat saat melakukan berkolaborasi dengan layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa. "Saya mewakili keluarga besar pemkot turut prihatin atas kejadian ini, semoga kedua orangtua Firdaus diberi kesabaran dan kemudahan dalam menghadapinya. Pemkot dan LKC Dompet Dhuafa akan bersama-sama membiayai perawatan Firdaus hingga sembuh, dan memiliki anus. Kami berharap Rumah Sakit Bunda juga akan menyediakan obat-obatan yang berkualistas dan memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan prinsip pelayanan kesehatan," kata Nur Mahmudi.
Nur Mahmudi juga berpesan kepada orangtua Firdaus, Suharto, untuk tetap memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan putra petamanya itu dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Dalam kesempatan itu juga wali kota juga menyerahkan bantuan sebesar Rp1 juta sebagai bentuk keprihatinan dan atas kesabarannya menghadapi cobaan ini. "Ini merupakan cobaan, saya berharap kedua orangtua Firdaus bersabar," katanya.
Desiana mengatakan, langkah pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan Firdaus ialah melakukan kolostomi atau operasi membuatkan saluran dari perut dan usus untuk membuang feses atau kotoran. "Tadinya perut Firdaus kembung, sekrang perutnya sudah kempes," ceritanya.
Sampai saat ini Firdaus masih berada di dalam incubator. Di tubuh bayi kelahiran 2 April 2010 ini masih terpasang alat pengukur denyut jantung, alat bantu pernafasan, dan juga alat untuk mengukur kadar oksigen. Selain itu, setiap harinya petugas di ruang icu bayi rutin melakukan pemantauan klinis.
Adapun untuk biaya perawatan dan pengobatan secara keseluruhan, pihak rumah sakit mengaku tidak mampu memprediksi biaya perawatannya. Tetapi, Ghufron (37), tetangga Suharto yang sering menemani Suharto menjenguk anaknya mengatakan bahwa biaya perawatan di icu bayi mencapai lebih dari satu juta rupiah setiap harinya. "Kalau melihat kondisi Suharto dan istrinya bingung juga biayanya dari mana," katanya.

0 komentar: