DEPOK, Menteri Pertanian Suswono meyakini program Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP) mampu ciptakan ketahanan pangan dari dalam rumah tangga. Pelaksanaan program tersebut tidak membutuhkan lahan luas. Lahan sesempit apapun juga dapat digunakan untuk melaksanakan gerakan ini. “Program ini mampu ciptakan ketahanan pangan dari rumah tangga,” katanya, saat berkunjung ke GPOP Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (3/8).
Menurutnya, gerakan tersebut berangkat dari pengalaman tahun 2010 dan 2011. Dimana harga cabai per kilo gram (kg)-nya mencapai Rp100 ribu sampai Rp120 ribu. Padahal, petani menjual hasil pertanian cabai-nya kepada para pedagang dengan harga cuma Rp20 ribu. “Yang menikmati keuntungan, ya, pedagang,” kata Suswono.
Suswono mengingatkan bahwa menanam cabai itu sangat mudah. Bisa ditanam di pekarangan sesempit apapun. Malah, kata dia, dulu kegiatan menanam cabai dilakukan setiap ibu-ibu rumah tangga di pekarangannya masing-masing. “Sekarang ini ibu-ibu enggan menanam cabai karena merasa punya uang, kapan pun tinggal beli. Masalahnya, kalau uang ada tapi barangnya tidak ada, apa yang mau dibeli,” katanya.
Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengingatkan bahwa program GPOP hanya stimulan. Tujuannya, agar ibu-ibu kembali memanfaatkan pekarangan mereka untuk menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan. “Mumpung iklim saat ini mendukung program tersebut. Saya baru saja berkunjung dari Pasar Induk Keramat Jati, betapa harga cabai sangat fluktuatif,” terang Suswono.
Suswono mengatakan, ke depan pemerintah sudah membuat program baru yakni: Rumah Pangan Lestari (RPL). Proyek percontohannya di Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Ia menambahkan, RPL diwujudkan dalam rangka kemandirian pangan. Pemerintah berupaya menggerakan kembali budaya menanam di lahan pekarangan. Baik itu di perkotaan atau pedesaan. Dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga. “Sudah 700 KK yang melaksanakan program tersebut. Hampir tidak ada lahan pekarangan nganggur disana. Semuanya sudah ditanami aneka tanaman cabe, terong, bawang. Tinggal tambah garam jadi sambal,” katanya.
Dia menerangkan, untuk program GPOP ini disediakan anggaran sebesar Rp14 miliar. Dana diperuntukkan bagi 140 Penggerak Membangun Desa (PMD) pada sembilan provinsi di Indonesia. “Di Indonesia ada 140 PMD yang lokasinya di 9 provinsi, 18 kota, 140 kecamatan, dan 560 kelurahan sehingga total sasarannya sebanyak 100 ribu kepala keluarga,” kata Suswono.
Sementara itu, Wali Kota Nur Mahmudi Ismail berterimakasih karena Kota Depok termasuk satu dari 18 kota yang terpilih. Ia melihat program ini sangat penting untuk digulirkan mengatasi keterbatasan lahan. “Cabai hanya tiga bulan berbuah, yang lebih hebat lagi dalam tiga tahun pohon cabai dapat bertahan. Berbeda dengan pohon oyong yang hanya mampu bertanah tiga bulan. Kalau ini di tanam di pekarangan maka, kita tidak akan kekurangan cabai,” katanya.
Apalagi, kata dia, 7680 kepala keluarga di Kota Depok mendapatkan bantuan bibit cabai untuk di tanam di pekarangan rumahnya. Dia berharap program ini tidak berhenti hanya sampai di sini. “Lurah dan camat harus mampu memotivasi masyarakat agar terus membudayakan kegiatan ini,” ujar Nur Mahmudi.
Rabu, 03 Agustus 2011
Suswono: GPOP Mampu Ciptakan Ketahanan Pangan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar