DEPOK, Ketua Panitia pesta rakyat ‘Ngubek Situ’ Apriyanto tidak menyangka sama sekali kalau acara yang digagasnya bersama Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Situ Citayam dan salah satu media lokal terbitan Depok, berakhir ricuh. Apalagi seluruh doorprize seperti: motor, mesin cuci, TV 21’, kipas angin, sepeda, kulkas, dan belasan helm menjadi sasaran amuk massa. Ditambah lagi panggung, kursi, dan sound system. Namun, ia tidak ingin melimpahkan kesalahan kepada masyarakat. Ia bisa memahami kekecewaan masyarakat pada saat itu. “Saya tidak ingin melimpahkan kesalahan kepada masyarakat. Mereka pada saat itu sangat kecewa. Bahkan, bebek air milik situ ikut jadi sasaran pembakaran,” katanya, Selasa (3/5).
Menurutnya, panitia sudah melakukan pembagian kerja secara profesional. Soal pengadaan ikan diserahkan kepada Ketua Pokja Situ Citayam, H Marhasan. Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa ton ikan yang dimasukkan kedalam situ. “Saya sama sekali tidak tahu berapa jumlah ikan yang dicepelungkan ke dalam situ. Semuanya diserahkan ke H Marhasan. Saya hanya menargetkan satu ton ikan mas,” ujar Apriyanto yang akrab dipanggil Julu. Dalam laporannya kepada dirinya sebagai ketua panitia, kata Julu, Marhasan mengaku sudah memasukkan ikan emas ke dalam situ pada malam hari. Tepatnya pukul 02.00 WIB. Namun, ia tidak menyaksikan secara langsung berapa jumlah ikan emas yang diceburkan ke situ. “Yang bertanggungjawab soal jumlah ikan, ya, Nurhasan,” ujarnya.
Julu membantah pernyataan kalau panitia pesta rakyat “Ngubek Situ” didanai dari Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Ia juga menolak dikaitkan dengan tempatnya bernaung yakni Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni, dan Budaya (Disporsenibud). “Dananya murni dari seponsor dan masyarakat. Uang Rp20 ribu digunakan untuk membeli ikan. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan Disporsenibud,” ujarnya.
Ia menuturkan, dalam pencarian dana, pihak panitia menyebarkan proposal kepada pihak swasta dan pihak pemerintah. Kegiatan itu juga dilakukan untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Depok ke-12. “Saya sebagai pribadi meminta maaf kepada masyarakat bila sudah dianggap mengecewakan masyarakat,” tegas Julu. Julu mengaku sudah diperiksa polisi sejak pertamakali kerusuhan terjadi. Bahkan, keterangannya sudah masuk kedalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Sementara itu, Ketua Pokja Situ H Marhasan mengaku sudah melepas ikan mujaer kedalam situ dalam jumlah banyak. Ikan-ikan tersebut ditebarnya pada malam hari. “Tidak benar kalau ada yang bilang situ tidak ada ikannya. Saya sudah memerintahkan ikan di tebar pada malam hari,” katanya.
Ada kemungkinan, terang dia, ikan mujaer yang ditebar langsung menyebar ke seluruh penjuru situ. Sehingga pada saat masyarakat menangkapnya, ikan-ikan tersebut sembunyi. “Kita sudah menebar ikan. Jadi tidak ada kebohonan disana. Masyarakat kesal karena tidak mendapatkan ikan,” ujar Marhasan.
Namun, Marhasan bersedia meminta maaf kepada masyarakat bila acara tersebut dianggap kurang berjalan dengan baik, dan berlangsung secara tidak profesional. “Kami bersedia meminta maaf kepada warga yang merasa kecewa dengan perhelatan pesta rakyat kamarin,” katanya.
Secara terpisah, Anggota Komisi A, DPRD Kota Depok, Jeane Novlin Tedja meminta pihak panitia bertanggungjawab secara sosial dan hukum. Secara sosial, kata dia, pihak panitia harus miminta maaf secara terbuka kepada masyarakat karena sudah dibohongi. Sedangkan secara hukum, kata dia, semua proses penipuan tersebut harus diperiksa pihak kepolisian. “Hal itu dilakukan agar kedepannya tidak ada lagi pihak-pihak yang ingin mengeruk keuntungan dari masyarakat,” tegasnya.
Jeane meminta pihak Disporsenibud mengklarifikasi tudingan masyarakat terkait penyelenggaraan pesta rakyat “Ngubek Situ”. Mereka jangan lepas tangan. ”Apakah mereka ikut terlibat dalam acara tersebut atau tidak. Kalau pun tidak terlibat kenapa ada orang Disporsenibud didalamnya. Dan setiap iklan di media lokal selalu melampirkan logo pemerintahan,” katanya.
Kader Partai Demokrat (PD) Kota Depok itu mengingatkan, kebiasaan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mengklaim keberhasilan pihak lain merupakan catatan buruk. Tidak heran kalau kemudian Kepala Disporsenibud seakan lepas tangan terhadap kericuhan pesta rakyat. Sekalipun terdapat simbol-simbol pemerintahan didalam acara tersebut. “Kalau memang tidak merasa terlibat dalam acara Ngubek Situ mengapa tidak dari awal mereka komplain. Mereka seakan membenarkan acara itu terjadi. Kalau berhasil tinggal diklaim,” katanya. Iskandar Hadji
Panitia Harus Bertanggungjawab
Ketua Komunitas Pemantau Peradilan Kota Depok, Yohanes Bunga meminta pihak kepolisian memeriksa seluruh panitia pesta rakyat “Ngubek Situ”. Pasalnya, mereka telah melakukan penipuan terhadap masyarakat. “Ikannya terbukti tidak ada. Sedangkan masyarakat dipungut biaya Rp20 juta,” katanya.
Yohanes berharap tidak terjadi rekayasa terhadap kasus ini. Artinya, pihak kepolisian malah mencari kambing hitam dengan terfokus pada provokator. “Saya melihat peristiwa tersebut sebagai amok massa. Mereka sudah lelah, letih, kecewa karena ikan yang dijanjikan tak kunjung terlihat. Kemudian mereka melampiaskan kemarahan kepada panitia,” katanya.
Menurut Yohanes, pihak panitia harus juga menjelaskan kepada masyarakat prihal uang pungutan dari masyarakat. Dikemanakan saja, kata dia, uang tersebut. “Jangan-jangan disimpan untuk keuntungan panitia,” duganya.
Selasa, 03 Mei 2011
Panitia Ngubek Situ Tidak Ingin Menyalahkan Masyarakat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar