DEPOK, Menjalani hidup serba pas-pasan bukan keinginan Farchan,43. Segala daya dan upaya dia kerahkan untuk mengimami keluarganya. Namun, nasib berkata lain, ia hanya mampu menjadi seorang penjaga keamanan (Satpam) di SMPN 253 Jakarta. Tak disangka, kehidupan yang serba pas-pasan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan anaknya, Agustina (10). Hanya gara-gara orangtuanya tak mampu membeli buku LKS, Agustina kabur dari rumah.Siswi kelas 2 SDN 02 Krukut, Jalan Rawa Jati NO. 32 Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok itu meninggalkan rumahnya sejak Kamis (14/4). Tanpa alasan jelas.
Farchan mengaku sejak kamis (14/4) malam tidak melihat anaknya di rumah. “Malam kamis, saya sudah tidak melihatnya dan langsung cari di rumah sakit dan Kedoya tempat penampuangan anak jalanan. khawatir di garuk Satpol PP. Sewaktu di rumah tidak ada apa-apa dan biasanya setiap pergi selalu izin,” katanya sambil menunggu kedatangan anaknya yang diantar Tim Reaksi Cepat (TRC) Kementerian Sosial RI, di SDN 02 Krukut, Selasa (26/4).
Farchan yang bertempat tinggal di Jalan Antariksa NO. 93 RT. 09/02 Kelurahan Cimpedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu mengaku tidak melaporkan kehilangan anaknya pada pihak berwajib lantaran tidak yakin anaknya hilang. Menurutnya, Agustini anak ketujuh dari sembilan bersaudara dan tidak meninggalkan pesan saat meninggalkan rumahnya. “Waktu itu, saya tidak memarahinya dan tidak ada pesan apa-apa,” katanya.
Ketua TRC Kementerian Sosial RI Nahar mengaku pada Jumat (15/4) mendapat informasi adanya anak yang terpisah dari orang tuanya. Si anak, lanjutnya, sambil marah-marah dengan mengacungkan pisau cutter di jalan. Pihaknya mendatangi Jalan Prapanca, tidak jauh dari Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Ia berkoordinasi dengan satpol PP untuk melakukan pendekatan dan membawanya ke RPSA Bambu Apus. “Sewaktu di jalan bibirnya berdarah, sambil marah-marah dan mengacungkan pisau cutter. Saya rasa ini adalah bentuk perlawanan dan perlindungan diri. Dari pengakuannya memang dia suka diejek temannya,” kata dia.
Dari pengakuan Agustini, lanjut Nahar, dia malu karena tidak bisa membeli buku LKS atau bahasa sunda. Di samping itu, teman di sekolahnya suka mengejek anakanya sebagai anak gembel. “Jujur, dari pengakuannya memang dia tidak betah di sekolah ini dan ingin mendapatkan perhatian lebih. Dia malu tidak bisa membeli buku LKS atau bahasa sunda. Temannya mengejek anak gembel dan anak miskin. Kita masih menggali penyebab sesungguhnya, kabur dari rumahnya,” terangnya.
Nahar menuturkan, kondisi Agustini memang berbeda dengan anak pada umumnya. Dirinya menyebutkan, anak tersebut agak susah untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal. Terbukti, pihaknya susah mencari alamat sekolah dan rumahnya. Meski begitu, dirinya mengaku bersyukur. “Kalau tidak cepat diberikan pertolongan, bisa jatuh pada tangan yang tidak bertanggungjawab. Kita akan terus memantau, apakah kepergiannya secara terpaksa atau terpaksa dan diciptakan. Saya berharap agar Agustini bisa terus melanjutkan sekolahnya,” terangnya.
Sementara itu, Wali kelas 2 SDN 02 Krukut Umiyati menilai Agustini dalam kesehariaannya sering tidak masuk sekolah. Bahkan, sambungnya, dalam satu bulan hanya dua minggu hadir di kelas. Dirinya juga sering mendapatkan laporan dari wali murid bahwa Agustin sering mengganggu anaknya.
Pihak TRC menyerahkan Agustini kepada orang tuanya di SDN 02 Krukut. Farchan dengan didampingi oleh pihak sekolah dan Dinkes Depok. Agustini dan orangtuanya sangat terharu dan meneteskan airmatanya. Pihak sekolah dan TRC mengharapkan agar besok Agustini dapat kembali sekolah seperti biasa.
Selasa, 26 April 2011
Tak Mampu Beli LKS Agustina Kabur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar