Senin, 21 Februari 2011

Pengelola Bioskop Resah Tunggu Kepastian


DEPOK, Rencana penarikan pajak film import mendapat tanggapan beragam. Bioskop yang biasa menayangkan film import dipastikan akan mengalami kerugian. Pasalnya, jumlah penonton film import lebih banyak ketimbang film lokal. Hal itu dituturkan Manager Cinema 21 Depok Town Square, Saefudin. Ia mengaku belum mendapat informasi dari pusat mengenai penarikan film import. Namun, bila hal itu dilakukan tidak menutup kemungkinan dunia perfilman di Indonesia mati suri. “Kita memang masih menunggu kepastian dari pusat. Tentunya, kita juga resah jika film import di tarik. Bisa dibayangkan jika karyawan harus berhenti bekerja,” katanya, Senin (21/2).

Saefudin mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menayangkan film import. Berjalan sebagaimana biasanya. Ia mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan dari pusat perihal penarikan film barat. Dari segi penonton cukup beragam dan tergantung dari film yang ditayangkan. “Cukup bervariasi, terkadang film Indonesia membludak penontonnya mengalahkan film box office. Contohnya, laskar pelangi, ayat-ayat cinta dan lainnya mengalahkan dari luar,” kata dia.

Ia mengatakan, jika produksi film dalam negeri bisa menyediakan yang terbaik pasti masalah ini dapat teratasi. Sebenarnya, lanjut Saefudin, film buatan Indonesia tidak kalah dari film luar. Menurutnya, saat ini hasil karya anak negeri tidak mengalami masa kejayaannya seperti pada masa lalu. “Sekarang ini, masih bervariasi tergantung jenisnya. Kalau masuk kategori hollywood dan box office, biasanya yang rame dari barat. Jadi, sekarang penonton sudah jeli dan melihat dari filmnya itu sendiri,” kata dia.

Dengan ditariknya film import, kata dia, dapat memiliki dampak yang tidak baik. Salah satunya, adalah akan adanya pengurangan pekerja. Dari sisi bisnis juga dapat mengurangi pendapatan. Bahkan, jika penarikan terjadi sebanyak import 10 ribu pegawai XXI dan 21 di seluruh Indonesia tidak bekerja lagi.

Dikatakannya, dapat dipastikan VCD bajakan akan merajalela dari sebelumnya. Pasalnya, VCD bajakan film-film barat sudah beredar di pasaran sebelum penayangan di bioskop. Berbeda dengan buatan Indonesia yang masih membutuhkan waktu lama dari penayangan di bioskop. “VCD bajakan film luar negeri pasti tidak terbendung dan merajalela. Sepertinya, pembuatnya juga dari luar bukan dari sini. Sekarang saja, dengan adanya bajakan saja sudah cukup memukul apalagi nanti,” kata dia.

Dirinya berharap agar adanya kajian lebih lanjut mengenai penarikan film import dari bioskop. Terutama, dalam pembayaran pajak dan memikirkan dampak yang luas terhadap keberlangsungan para pekerja. Di tempat yang berbeda, manager Margo Platinum tidak bisa memberikan komentar mengenai penarikan film import. Pasalnya, keberadaan bioskop tersebut merupakan merger bersama antara pihanya dengan pengelola pusat perbelanjaan Margo City.

Sementara itu, salah satu staf pengelola Cinema 21 Depok Ramayana, Econ mengaku penarikan film luar tidak terlalu berpengaruh. Pasalnya, di tempatnya hanya menayangkan film Indonesia. “Kita tidak terlalu berpengaruh, karena semua film yang kita tayangkan merupakan produk dalam negeri. Ya mungkin kalau benar-benar ditarik, penonton dipastikan akan beralih ke Detos dan Margo,” kata dia.

0 komentar: