Pemerintah Kota (Pemkot) Depok kurang tanggap terhadap rencana beroperasinya ruas tol Jagorawi-Cinere (Jagonere). Pasalnya, buktinya proyek pelebaran jalan Raya Cinere, Depok tersendat-sendat. Padahal pada ruas jalan Raya Cinere bakal menjadi alternative pintu keluar tol Jagonere.
Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Yayan Ariyanto mengakui proses pelebaran jalan raya Cinere tidak mudah. Rencananya jalan ini bakal dipelebar menjadi 24 meter. Sebelumnya hanya memiliki lebar 22 meter. ”Dengan lebar itu dianggap cukup menampung arus lalu lintas yang keluar dari tol Jagonere,” katanya, Senin (21/2).
Yayan mengatakan, dalam rencana tata kota ruas jalan raya Cinere diperlebar dua meter. Satu meter ke kiri dan satu meter ke kanan. Dengan panjang 10 kilometer. Mulai dari pertigaan Parung Bingung sampai perbatasan Cinere dan Jakarta. Namun, tambah dia, proses pelebarannya tidak mudah. Banyak warga yang belum sepakat dengan harga pembebasan yang diajukan pemerintah. ”Y, sebagian ada yang sudah dilakukan dan dipelebar. Tapi masih banyak yang belum,” kata dia.
Ia menambahkan, peleberan jalan baru terjadi kurang dari 1 km. Selebihnya masih dalam kondisi awal yang memiliki lebar 22 meter saja. Artinya masih tersisa 9 kilo meter untuk pelebarannya.
Ditambahkan Yayan, peleberan jalan bukan sekadar mengikuti lonjakan arus lalu lintas pasca beroperasinya tol Jagonere. Akan tetapi untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Cinere. Selama ini, sambung dia, pusat perekonomian di Kota Depok Relative terpusat pada jalan Raya Margonda. Penyebabnya pada ruas jalan tersebut terbilang cukup baik. Sehingga arus ekonomi pun berpengaruh.
Sekretaris Komisi A, DPRD Depok, Karno meminta pemerintah dapat tanggap dengan persoalan ini. Pelebaran jalan yang tersendat dapat mempengarahi kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah daerah. “Harusnya pemerintah tanggap,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar