Jumat, 28 Januari 2011

Depok Minim Ruang Terbuka Hijau


DEPOK, Kepala Seksi Pemanfaatan Taman Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok, Argha D T mengakui, sebagai kota berkembang, Depok minim sekali Ruang Terbuka Hijau (RTH). Padahal, RTH mampu menekan polusi udara. “Kita memang masih sangat minim RTH,” kata Argha menjawab pertanyaan Jurnal Nasional, Jumat (1/28).

Argha mengatakan, hingga kini Pemerintah Kota (Pemkot) Depok baru memiliki sedikit taman kota yang dapat dinikmati keluarga untuk bersantai. “Kalaupun ada, itu juga baru sedikit. Tidak bisa dimanfaatkan sembarangan,” kata dia.

Argha menuturkan, jumlah penduduk Depok menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Depok mencapai 1,6 juta jiwa. Sedangkan luas wilayah Kota Depok mencapai 200 hektar. “Melihat jumlah penduduk dan luas wilayah memang agak aneh kalau kita tidak memiliki RTH,” kata dia.

Argha menyebutkan, pihaknya sudah memiliki rencana untuk membuat taman kota. Hanya saja, tutur dia, hanya saja belum ada lampu hijau dari pemerintah kota untuk meloloskan rencana tersebut. “Kita juga sudah menentukan titik-titiknya. Namun hingga saat ini masih mentah,” kata dia.

Ketiga titik tersebut, kata dia, adalah: Lembah Gurame, Taman Jalur Proklamasi, dan Taman Jalur Merdeka. Di Lembah Gurame rencananya akan dibangun taman kota dan hutan kota berskala kecil. Bahkan akan dilengkapi pula dengan amfiteater yang dapat dimanfaatkan untuk acara kesenian. “Fasilitas lainnya miasalnya dengan area terapi dari batu-batu,” terangnya.

Sementara itu, kata Argha, Jalan Proklamasi sudah tersedia separator selebar enam sampai tujuh meter yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan taman kota nantinya. Demikian pula dengan rencana di Jalan Merdeka. Di lokasi tersebut memang sudah ada taman kecil. Namun dinilai masih kurang memadai sehingga perlu ditingkatkan. “Masyarakat sekitar sudah ada yang membangun lapangan futsal dan badminton. Secara mandiri mereka membangun taman sendiri, namun belum maksimal. Mungkin nanti akan kami maksimalkan dan kami poles agar masyarakat yang ke sana lebih nyaman,” kata dia.

Secara terpisah, Maman, 30, warga Kecamatan Beji mengungkapkan, Depok sangat minim sarana umum. Selain kurang jembatan penyeberangan (JPO) dan halte. Depok, kata dia, RTH. Kondisi ini membuat warga kurang nyaman. Padahal, sebagai kota yang berkembang, Depok seharusnya juga membenahi sarana kepentingan umum. “Seharusnya ada sebuah ruang terbuka yang mampu menekan polusi di Kota Depok. Kalau kita melalui Jalan Margonda saja misalnya, polusinya tinggi sekali. Jumlah kendaraan yang melintas ratusan jumlahnya. Belum lagi kendaraan umum yang asapnya hitam,” kata dia.

Dia berharap Pemkot Depok segera membangun RTH. “Jangan cuma bangun jalan saja,” kata dia. Harapan Maman bukan tanpa alasan. Pasalnya, dia sudah merasakan udara di Depok tak lagi segar seperti dulu. “Sekarang yang banyak dibangun justru perumahan. Harusnya RTH juga dibangun,” kata dia.

Anggota Komisi C DPRD Kota Depok, Muhammad Taufik mendukung rencana BLH Kota Depok. Pasalnya, warga memerlukan lokasi terbuka untuk menikmati udara. Warga, kata Taufik, sudah terlalu penat dengan kondisi yang ada, terutama terkait polusi. “Sehingga perlu adanya RTH atau taman kota yang dapat dinikmati warga. Fungsi lainnya juga untuk menekan jumlah karbon dari pembakaran kendraan bermotor,” kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, di sejumlah wilayah, keberadaan taman kota atau RTH justru dijadikan sebagai nilai tambah. Selain menambah indah lingkungan, keberadaaannya menjadi penyelamat lingkungan. “Manfaatkan lahan yang ada untuk RTH dan taman kota. Lihat saja wilayah lain, banyak taman kota justru semakin indah,” kata dia.

0 komentar: