Kamis, 27 Januari 2011

Bayi Penderita Hydrocephalus Membutuhkan Bantuan


DEPOK, Ahmad Fahri, 5 bulan, warga RT003/RW28, No.50, Blok A, Lingkungan Cipayung, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, hanya dapat memainkan kedua bola matanya saat diajak bercanda. Menggerakan kedua kaki dan tanganya saat digelitik. Namun, bayi malang itu sama sekali tak dapat menggerakan kepala karena kepalanya membesar layaknya buah kelapa.

Putra keempat pasangan Imang,33, dan Dede,29,itu sudah menderita penyakit hydrocephalus sejak pertama kali dilahirkan kedunia. Bayi malang berusia lima bulan itu terpaksa harus menahan sakit akibat penyakit hydrocephalus. Ia harus segera dioperasi sejak tiga bulan lalu. Akibat keterbatasan biaya, kedua orangtua Fahri terpaksa menunda operasi. Pasalnya, biaya yang diperlukan mencapai puluhan juta rupiah. Sedangkan kedua orang tua Fahri hanya bekerja sebagai petugas Unit Pengelolaan Sampah (UPS) dengan penghasilan Rp 700ribu/bulan.

Dede menuturkan, sejak lahir anak keempatnya diketahui memiliki benjolan di kepala belakang. Dia pun kemudian membawa Fahri ke puskesmas terdekat. Akibat keterbatasan perlatan, Fahri pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depok. “Dari RSUD Depok dirujuk lagi ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Dokter bilang harus dioperasi sejak awal, tapi saya nggak punya uang. Makanya saya hanya obati seadanya saja,” kata dia.

Hal itu dapat dipahami karena selama ini Dede dan Imang masih numpang di rumah orangtuanya. Kondisi orangtuanya pun memprihatinkan. Rumah berflafon bambu, lantainya terbuat dari peluran semen, kursi sudah buluk, dan lemari sudah miring ke ke kiri.

Dede mengatakan, Fahri lahir secara normal. Berat Fahri kala itu adalah 2,7kg dengan kondisi kepala masih normal. Pembengkakan kepala baru terjadi saat anaknya menginjak usia dua bulan. Dede mengakui selama mengandung, dirinya tidak rutin memeriksa kandungan. “Saya memeriksa kandungan cuma sekali, ga punya uang,” ujarnya.
Dede mengaku kurang mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin saat mengandung Fahri. Hal ini yang diduga menjadi salah satu faktor kelainan yang diderita Fahri. “Saya kerja jadi buruh di pabrik pengolahan plastik,” kata dia.

Dede bercerita, anaknya kerap menangis saat merasa sakit lantaran di tengah-tengah keningnya juga terdapat benjolan sebesar kelereng. Berat kepala Fahri kini mencapai 3 kg, sedangkan berat badannya adalah 8,3kg. Kepala Fahri berisi cairan yang menyebabkan kian hari kepalanya semakin membesar. Kedua orang tua Fahri sangat membutuhkan bantuan dermawan untuk pengobatan anaknya. “Harus beberapa kali operasi kata dokter. Operasi pertama mengeluarkan cairan di kepala,” katanya.

Dia menambahkan, dirinya tidak sanggup membayar biaya operasi. Selama berobat di RS Fatmawati, Fahri dibantu dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Hanya saja masa berlaku kartu tersebut sudah habis. Saat ini Dede hanya mengantongi kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Bantuan yang diberikan melalui program ini tidak seluruhnya. Artinya, pasien tetap harus membayar sejumlah biaya lainnya. “Saya tetap tidak punya uang untuk biaya operasi dan obat-obatan. Suami saya hanya buruh kasar. Saya sudah tidak bekerja,” kata Dede.

Dia mengaku hingga saat ini Dinas Kesehatan Kota Depok belum memberikan bantuan. Bahkan dirinya terpaksa meminjam uang kepada renternir untuk biaya pengobatan. “Untuk bayar hutang, saya terpaksa memberhentikan sementara pengobatan Fahri karena melunasi hutang dulu. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Saya sangat memerlukan bantuan untuk pengobatan anak saya,” ucap Dede.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Depok, Siti Nurjanah mengatakan, pihaknya berupaya membantu warga yang kesulitan. Terutama di bidang pelayanan kesehatan. “Saya juga akan berkordinasi dengan dinas terkait agar mereka membantu Fahri,” kata Siti.

Kader Partai Demokrat itu menuturkan, Fahri mengalami kesulitan berobat lantaran kartu Jamkesda yang dimiliki tidak dapat digunakan di Depok. Akhirnya, Fahri dirujuk ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. “Infonya, pihak swasta menolak bekerjasama dengan Kota Depok,” kata dia.

0 komentar: