Selasa, 28 Desember 2010

Perkampungan Ikan Neon Tetra


DEPOK, Siapa sangka Kampung Curug, Kelurahan Curugjaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, menjadi pusat perkampungan ikan hias. Tak tangung-tanggung jenis ikan yang diternak warga Kampung Curug tersebut merupakan jenis ikan Tetra. Ikan yang berasal dari sungai Amazon, Amerika.

Ikan Tetra memiliki ukuran tubuh kecil layaknya ikan cere yang hidup di selokan-selokan. Perbedaanya, ikan Tetra memiliki keindahan tersendiri bagi penikmatnya. Ditubuhnya terdapat garis merah, biru, dan hijau. Dari mulai insang sampai ekor. Khusus Neon Tetra bila ditaruh ditempat gelap maka akan menghasilkan sinar layaknya lampu neon. Siripnya transparan.

Ikan Tetra memiliki aneka macam jenis, yakni: Green Tetra, Silver Tetra, Blue Tetra, Neon Tetra, dan banyak lagi. Namun, Kelompok Pembudidayaan Ikan (Pokdakan) Kampung Curug lebih melihat kader air di wilahnya lebih cocok untuk melakukan pembudidayaan jenis Neon Tetra (Hyphessobryconnesi).

Omzet yang diraih Pokdakan setiap bulannya mencapai Rp100 juta per bulan. Dengan wilayah pemasaran: Jerman, Australia, Inggris, Amerika Serikat, India, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filiphina, dan banyak lagi negara di dunia. “Permintaan ikan Neon Tetra akan meningkat jika ikan alam di Negara Brazil tidak sedang panen. Kalau ikan Tetra Amazon lagi banyak, permintaan ke kita pasti merosot,” kata Ketua Pokdakan Curug Jaya, Rodi Saputra ditemani Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail kepada Jurnal Nasional.


Rodi menuturkan, di wilaynya ini terdapat 266 kelompok tani. Setiap kelompok tani memiliki lebih dari 25 aqurium. Itu artinya, setiap petani memiliki kesempatan mendapatkan Rp10 juta per bulan dari setiap aqurium. Cara pembiakannya pun, kata dia, tidak cukup sulit. Hanya dibutuhkan ketekunan dan pengalaman. “Untuk memelihara ikan ini harus belajar terlebih dahulu,” kata dia.

Pria asli Depok itu menuturkan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi mereka yang berminat menjadi peternak ikan hias jenis Neon Tetra: pertama, air harus steril dan memiliki kadar asam atau pH 5 sampai 6,4. Kedua, sehunya tidak boleh melebihi 21 sampai 23 celcius. “Bila kader pH nya lebih dan suhunya pun lebih maka ikan tidak akan mudah berkembang. Otomatis tidak akan terjadi pembuahan pada ikan,” kata Rodi.

Rodi menuturkan, jenis kelamin ikan jantan dan betina dapat dibedakan. Untuk ikan pejantan memiliki tanda garis biru lurus, sedangkan pada betina garis biru tersebut bengkok. Saat dilakukan perkawinan, lanjutnya, induk jangan diberikan makanan agar air tetap bersih. Sesudah terjadi pembuahan dan bertelur, induk dapat dipisahkan. Setelah 24 jam, telur akan menetas. Biasanya air untuk penetasan tidak diberi aerasi agar pH-nya stabil. Kalaupun diberi, aerasinya sangat kecil. Ada pula yang memberi daun Ketapang agar keasaman air terpenuhi. “Ikan juga tidak tahan dengan sinar matahari, makanya harus disediakan tempat agak gelap atau remang,” kata dia.

Rodi mengatakan, memasuki usia empat hari, larva dapat diberi makanan. Pakan larva pertama berupa infusoria yang diberikan selama tiga hari. Kemudian larva dapat diberi nauplii anemia atau kutu air saring. Untuk membantu ikan lebih cepat besar dapat diberi kutu air besar. Pertumbuhan ikan ini termasuk cepat asalkan kondisinya cocok. Pembesarannya dapat dimulai dari benih berumur 3-4 minggu. Pada umur tersebut ikan sudah bisa dipelihara di tempat terang walaupun tetap harus teduh. Ukuran 1,8 cm atau umur 2,5 bulan sudah dapat dijual. “Harga jualnya berfariasi dari Rp150 sampai 900 rupiah per ekor,” kata dia.


JUARA LOMBA IKAN HIAS

Pokdakan Kampung Curug telah mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI). Penghargaan itu diberikan karena Curung Jaya meraih juara pertama bidang perikanan budidaya,kategori ikan hias. “Buat kami, penghargaan dari Kementrian Kelautan merupakan suatu kebanggan,” kata Wali Kota Nur Mahmudi Ismail.

Ia berharap wilayah lain di Kota Depok juga dapat membudidayakan keunggulan potensi alam di wilayahnya masing-masing. Dengan melakukan pembudidayaan alam di wilayah masing-masing akan menghasilkan profit bagi wilayah itu sendiri. “Pemerintah akan antusias membantu,” kata Nur Mahmudi.

Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Maman Hilmansyah, di Balai Kota Depok mengatakan, dalam perlombaan tersebut Curugjaya melombakan ikan hias Neon Tetra. “Di Depok ikan jenis ini sedang digandrungi. Nah saat di lombakan dengan berbagai jenis ikan hias lain, Neon Tetra yang menang,” kata dia.

Lebih lanjut Maman menjelaskan, selain keindahan ikan, ada tiga kategori penilaian lainnya yang membuat Curung juara. Pertama, adalah aspek teknis. Aspek itu meliputi budidaya pemijahan,pembesaran,sanitasi lingkungan, dan pengaturan panen. Kedua aspek ekonomi, yakni: meliputi pembukuan ekonomi,inventaris kelompok,informasi harga pasar serta kerjasama dengan pihak lain. Terakhir adalah aspek sosial. Dari aspek sosial, Curung mampu melakukan pengembangan kelompok dan rencana kerja. Bahkan mereka memiliki coorporate social responbility (CSR). Dengan dana itu, Curung membantu para anak yatim untuk berusaha di bidang ikan hias. “Curung telah mengekspor budaya ikan hias ke Eropa dan Asia. Negara Eropa yang menjadi tujuan ekspor salah satunya Jerman. Curung Jaya mengekspor ikan hias sebanyak 2.500 ekor setiap permintaan,” kata dia.

Anggota Komisi B DPRD Kota Depok dari Fraksi Partai Demokrat Siti Nurjanah menyatakan rasa syukurnya atas penghargaan itu. Atas penghargaan itu ia meminta kepada Pemkot Depok untuk lebih serius melakukan pembinaan terhadap kelompok pembudidayaan ikan hias. ”Penghargaan itu menandakan ikan hias menjadi potensi unggulan Kota Depok. Pemkot Depok harus lebih fokus lagi melakukan pembinaan terhadap petani ikan hias selain petani belimbing,” kata dia.

0 komentar: