DEPOK, Menjamurnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Depok membuat PT Jamsostek membidik UMKM sebagai mitra binaan atau mitra bisnis. Hal itu dilakukan untuk memajukan perkembangan UMKM di Kota Depok. “Puluhan UMKM tumbuh setiap tahunnya di kota ini. Sekarang jumlahnya mencapai ratusan. Bila mereka dibina dengan baik maka akan membantu pertumbuhan ekonomi Depok,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran PT Jamsostek Cabang Depok, Harry Kuswanda, Jumat (26/11).
Ide pembinaan UMKM di Kota Depok muncul sewaktu PT Jamsostek mengadakan presentasi soal pentingnya memberikan perlindungan bagi puluhan pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kota Depok beberapa waktu lalu. “Kita mengundang 50 UKM tapi yang datang 60 UKM. Respon mereka sangat tinggi,” kata Harry.
Antusiasme pelaku usaha kecil tersebut terhadap kegiatan Jamsostek semakin kentara ketika para pelaku bisnis tersebut mendaftarkan diri menjadi anggota Jamsostek. “Sudah ada 20 UKM yang mendaftarkan diri menjadi peserta Jamsostek. Mereka pun langsung mendaftarkan diri mereka menjadi anggota Jamsostek dengan mendatangi kantor Jamsostek,” kata Harry.
Harry mengatakan, peluang kerjasama antara Jamsostek dan pelaku UKM tidak sebatas pada asuransi, melainkan lebih dari itu. Salah satunya dengan memberikan pinjaman kemitraan kepada para pelaku bisnis UMKM ataupun UKM. “Bukan berarti mereka yang telah mejadi anggota Jamsostek bisa langsung mendapat pinjaman kemitraan. Mereka juga harus melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan Jamsostek,” kata dia.
Ia menuturkan, kegiatan pinjaman kemitraan merupakan program yang dananya diambil dari dana Coporate Social Responsibility (SCR). Kegiatan itu sendiri, kata dia, sudah dimulai sejak 2008. Hanya saja, terang dia, tahun 2008 mitra binaan Jamsostek baru satu UMKM, dengan nilai pinjaman Rp25 juta (usaha penakaran burung Cucak Rowo). Di tahun 2009 Jamsostek menyediakan dana Rp50 juta untuk delapan UMKM. Tahun 2010 tersedia dana sebanyak Rp125 juta untuk 12 UMKM. “Sekarang ini mitra binaan kita baru 21 UMKM. Masih banyak UMKM yang dapat kita jadikan mitra, asal mereka dapat memenuhi persyaratan dari Jamsostek,” kata Harry.
Harry tertarik melakukan pembinaan terhadap UMKM belimbing dewa. Pasalnya, kendati Kota Depok memiliki ikon belimbing dewa, baru satu UMKM yang mengajukan pinjaman kemitraan mengolah belimbing menjadi panganan khas Depok. “Kami berharap UMKM pengelola belimbing dewa tumbuh subur di Kota Depok. Sehingga memiliki ciri sendiri sesuai ikonnya,” kata dia.
Mengenai bunga yang dikenakan bagi mitra Jamsostek boleh dikatakan sangat kecil. Untuk peternakan, pertanian dan perkebunan sebesar 3%, sedangkan bidang jasa, perdagangan dan perindustrian yaitu 6%. “Paling banyak UMKM jenis jasa di Kota Depok ini,” kata Harry.
Untuk mendapatkan pinjaman lunak bergulir itu, Jamsostek cabang Depok menyalurkan dalam dua cara. Pertama dengan channel link yang bekerjasama dengan koperasi di Depok. Kedua dengan cara langsung tanpa agunan. “Namun kami tetap melakukan seleksi lapangan, melihat pembukuan mereka. Meski tanpa agunan, bukan berarti kami memberikan begitu saja,” kata Harry.
Dia juga berharap, UKM Depok di bidang kerajinan dapat dikembangkan. Pihaknya bahkan bersedia membantu dalam hal promosi dan pemasaran. “Mungkin kita bisa gabungkan dalam pameran Inacraft. Jadi mereka tidak selalu kami beri pinjaman lunak,” kata Harry.
Berdasarkan data Dinas Pasar, Koperasi dan UKM Kota Depok, jumlah UKM di Depok sebanyak 2.400 unit. Mereka terdiri dari 2.352 pedagang kecil dan 48 usaha menengah. Pengembangan UKM diatur dalam UU Nomor 20/2008. Di UU ini pemerintah wajib memberi fasilitas serta menumbuhkan dan meningkatakan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, maupun menengah.
Jumat, 26 November 2010
Ratusan Penggiat UMKM Dibidik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar