Selasa, 02 November 2010

Disdik Minta SDN Kemirimuka II Segera Direlokasi


DEPOK, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Farah Mulyati meminta Tim Pembebasan Tanah (TPT) dan Panitia Penyedia Tanah (P2T) Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) segera merelokasi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kemirimuka II, Kecamatan Beji, Kota Depok. Sebab, tiga ruang kelas di sekolah tersebut terendam air akibat munculnya mata air. Munculnya mata air tersebut membuat proses belajar mengajar menjadi terganggu. Para siswa yang mengenakan sandal harus hati-hati berjalan karena lantai licin. Kemudian juga mereka harus berhati-hati membuka buku, karena jika jatuh buku menjadi basah. Para guru pun terpaksa menghentikan sejenak mengajar,karena harus mengeluarkan air yang mulai meninggi.
"Banjir ini sangat mengganggu proses belajar mengajar. Apalagi airnya gatal. Anak didik saya sakit karena kedinginan dan harus ke dokter. Saya minta TPT dan P2T segera melakukan relokasi," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Farah Mulyati, Selasa (2/11).

Farah mengatakan, PTP dan P2T telah menyiapkan lokasi relokasi di Jalan Kedondong dan Jalan Beringin. Dia berharap proses itu segara dilakukan sebelum ujian nasional. "Sekarang ini kita masih melakukan kegiatan belajar mengajar di sana. Hal itu terpaksa dilakukan karena sekolah-sekolah lain yang berdekatan dengan SDN Kemirimuka II tidak memiliki ruangan untuk menampung," katanya.

Sementara itu, anggota DPRD Kota Depok, Fraksi Partai Keadilan Sejahtara (PKS) T Farida Rachmayanti yang meninjau langsung lokasi SDN Kemirimuka II melihat belum ada tindak lanjut secara fisik untuk meminimalisir keluarnya air di lokasi penyebab banjir, kondisi ruang kelas sangat memprihatinkan. "Kelas menjadi lembab dan banyak nyamuk. Saat hujan kelas banjir sampai mata kaki," katanya.

Farida menambahkan, selain menggangu proses belajar mengajar, kondisi tersebut juga mengganggu kondisi kesehatan anak. Ia memperkirakan 70 persen siswa kelas 6 mengalami gatal-gatal di kaki. "Sebaiknya Bimasda segera melakukan tinjauan lapangan untuk bisa meminimalisir keluarnya air. Karena masalah ini sudah lebih dari sepekan. Perlu relokasii anak-anak belajar agar lebih nyaman dan tenang. Khususnya bagi anak kelas 6 yang akan menghadapi ujian," katanya.

Dia meminta UPT terkait, lurah, dan camat melakukan koordinasi intensif untuk mencari alternatif sementara. Baik itu dengan menggunakan sarana fasos dan fasum masyarakat. "Jangan menunggu solusi jangka panjang di mana sekolah tersebut akan di relokasi karena terkena pembangunan tol Cijago. Karena hal tersebut harus melalui proses penganggaran yang cukup lama. Yang segera dilakukan adalah penyelesaian secara taktis. Ini akan berdampak rawan bagi proses belajar mengajar dan kesehatan anak didik. Puskesmas juga sebaiknya memberikan bantuan vitamin agar daya tahan tubuh siswa menjadi lebih baik," katanya.

Guru Kelas II, Daroji mengatakan, munculnya mata air tersebut diduga terjadi pada hari Minggu (24/10). Sebab pada Sabtu (23/10) sore belum terlihat mata air muncul. Banjir baru diketahui pada Senin (25/10) pagi saat masuk sekolah. "Waktu buka pintu kelas air sudah setinggi mata kaki. Kami harus mengeringkan air dulu sehingga proses belajar-mengajar menjadi terganggu," katanya.

Dikatakan Daroji, mata air itu muncul di tiga kelas. Yakni dua mata air di kelas satu dan dua, dua titik di kelas empat dan lima, satu titik di kelas enam dan tiga. Daroji menduga munculnya mata air tersebut karena lahan tempat berdirinya SDN Kemirimuka II dahulunya pesawahan serta air tanah warga setempat sudah tidak digunakan karena mereka umumnya sudah pindah. Ditambah lagi curah hujan yang tinggi.

Devi, murid kelas dua mengatakan, ia harus ke dokter karena terserang influenza akibat kedinginan."Saya sakit flu habis kedinginan. Sama mamah di bawa ke dokter. Sekarang sudah sehat makanya masuk," katanya lagi.

0 komentar: