Selasa, 19 Oktober 2010

KPU Diminta Lakukan Pilkada Ulang


DEPOK, Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Selasa (19/10) dikepung massa yang tergabung dalam Koalisi Grassroot dan Benteng Rakyat Depok (Bentrok). Mereka menuntut agar KPU Kota Depok melakukan pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) ulang. Pasalnya, banyak kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan pemilkada pada 16 Oktober lalu. "Kami dengan tegas menolak hasil pilkada," kata Ketua Bentrok, Akbar Husein.


DEPOK, Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Selasa (19/10) dikepung massa yang tergabung dalam Koalisi Grassroot dan Benteng Rakyat Depok (Bentrok). Mereka menuntut agar KPU Kota Depok melakukan pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) ulang. Pasalnya, banyak kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan pemilkada pada 16 Oktober lalu. "Kami dengan tegas menolak hasil pilkada," kata Ketua Bentrok, Akbar Husein.

Diungkapkan Akbar, dalam proses perhitungan suara banyak indikasi kecurangan yang dilakukan KPU Kota Depok dengan salah satu pasangan calon. "Proses pilkada cenderung manipulatif akibat campur tangan yang kuat dari incumbent. Kami mendesak agar KPU segera mempersiapkan pemilukada ulang secara jujur, transparan dan adil," katanya.

Sejumlah indikasi kecurangan yang terjadi, sambung dia, antara lain tidak disalurkannya surat undangan kepada pemilih. Padahal, ujar Akbar, nama-nama tersebut ada di dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). "Karena mereka tidak diberikan surat undangan, maka mereka tidak datang saat pencoblosan. Ini yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat rendah dalam memilih," katanya.

Pernyataan serupa dibeberkan oleh Diddy Kurniawan selaku kordinator Koalisi Grassroot yang menyebutkan 60 persen penduduk Depok tidak mendapat surat undangan pada 16 Oktober lalu. Seperti yang terjadi di Kecamatan Cimanggis, ujarnya, dari 150ribu pemilih, hanya 40 ribu warga saja yang mendapat surat undangan. "Mereka yang tidak mendapat undangan ini diduga bukan pendukung incumbent sehingga tidak diberikan surat undangan," kata Diddy.


Diddy mengatakan, puluhan ribu warga tersebut akan menuntut hak mereka dikembalikan. Bahkan, mereka telah membuat surat yang menyatakan tidak mendapat undangan dari KPPS. "Kami menuntut KPU agar mengembalikan hak kami," katanya.


Massa meminta agar KPU Kota Depok tidak menggelar rapat pleno pengumuman hasil perolehan suara guna mentapkan pemenang pilkada Depok 2010. Jika KPU tetap memaksa menggelar pleno, kata Diddy, mereka mengancam akan melakukan aksi besar-besaran. "Besok (20/10) tidak boleh ada pleno KPU. Jika tetap digelar maka kami akan melakukan aksi besar-besaran dengan membawa ribuan massa," katanya.


Dalam aksi kemarin,puluhan wartawan yang bertugas di Depok sempat adu pukul dengan anggota KPU Raden Salamun Adiningrat. Salamun diduga memukul salah satu wartawan televisi saat dimintai konfirmasi. Kejadian bermula saat wartawan hendak mengambil suasana negosiasi antara perwakilan pengunjuk rasa dengan anggota KPU Kota Depok, Raden Salamun. Wartawan yang sejak lama menunggu di depan gerbang kantor dihadang petugas. Hal tersebut menyebabkan terjadinya bentrok antara polisi dengan puluhan wartawan.

Kemudian, tiga orang perwakilan wartawan diperbolehkan mengikuti proses negosiasi. Namun, saat memasuki ruang kantor, wartawan tetap dihadang petugas di pintu masuk. Bahkan pintu masuk dikunci sehingga wartawan tidak dapat mengambil suasana negosiasi. Mereka pun akhirnya meninggalkan lingkungan kantor KPU.

Kemudian puluhan wartawan kembali mendatangi kantor KPU Kota Depok guna memimta konfirmasi mengenai pelarangan peliputan. Di dalam ruangan, wartawan tidak mendapati anggota KPU yang dituju. Hingga akhirnya, Raden Salamun datang menghampiri sambil berkata dengan nada tinggi. Tidak terima dengan perlakuan tersebut, kemudian terjadi bentrok.

Muhammad Wahyudin Latif, wartawan yang menjadi korban kekerasan mengatakan, dirinya sempat ditendang oleh Raden Salamun. Latif pun kemudian mengadakan perlawanan. "Dia (Salamun) menendang kaki saya. Saya tidak terima dan melawan dia," katanya.

Wartawan lainnya berusaha melerai pertikaian tersebut. Saat itulah wartawan Tv One, David terkena pukul Salamun dan petugas yang juga berusaha melerai. Bahkan kamera dirinya jatuh dan rusak. Atas aksi tersebut, kedua wartawan akan melaporkan kasus ini ke Polres Depok dan Dewan Pers. Saat ini, David tengah melakukan visum di Rumah Sakit Harapan Depok. Iskandar hadji

Sementara itu, Raden Salamun mengaku dirinya tidak berniat memukul dan merusak kamre wartawan. Saat itu, ujar Salamun, dirinya hanya berusaha melindungi diri. "Saya sama sekali tidak berniat memukul wartawan," kata Salamun.

0 komentar: