DEPOK, Ketua Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswanamigas) Kota Depok Muhammad Ather Susanto mengatakan hingga saat ini tingkat konsumsi warga Depok terhadap gas masih tinggi kendati terjadi ledakan tabung gas di sejumlah tempat. Hal tersebut diketahui dari masih stabilnya angka konsumsi warga terhadap gas. "Hingga saat ini masih terjual 25ribu tabung/hari. Tidak ada perubahan angka dari sebelumnya," kata Ather usai acara sosialisasi penggunaan kompor dan aksesoris tabung LPG secara baik dan benar di tempat milik H Yahman, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Depok, (27/7).
Dikatakan Ather, pihaknya belum melihat atau menerima laporan mengenai adanya penurunan minat masyarakat terhadap pemakaian gas. Artinya, lanjut Ather, masyarakat masih menggunakan gas untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut Ather, pihaknya juga belum menerima laporan atau mengetahui adanya warga yang kembali menggunakan minyak tanah ataupun beralih ke tabung ukuran 12 kilogram. "Belum ada tanda-tanda terjadinya penurunan angka penggunaan gas. Dan kami juga belum mengetahui adanya warga yang kembali memakai minyak tanah," ungkap Ather.
Menurut dia, selama ini masyarakat kurang masih kurang memahami tentang penggunaan gas dan aksesorisnya. Seperti pemahaman tentang alat ukur yang ada di regulator. Selama ini, kata Ather, masyarakat berfikir bahwa alat ukur yang ada di regulator adalah alat ukur berat isi. "Itu salah karena alat itu adalah untuk mengukur tekanan gas. Sehingga selama ini apa yang ada di benak mereka itu salah," jelasnya.
Menurut catatan yang ada, kata Ather, untuk konsumsi Kota Depok diperlukan hingga 1.270.000 kilogram gas setiap bulan. Kouta tersebut, lanjut Ather diperuntukan bagi 24 agen se-Depok yang ada di 63 kelurahan.
Sementara itu sales representatif PT Pertamina, Didiek Wirady mengatakan, kejadian ledakan selama ini bukan dikarenakan tabung. Melainkan komponen lain yang dinilai sudah tidak layan pakai sehingga mengakibatkan kebocoran. "Akibat adanya pengoplosan dari tabung 3 kilogram ke 12 kilogram mengakibatkan komponen menjadi rusak. Itu yang mengakibatkan kebocoran. Kalau dari Pertamina kami pastikan aman. Mengenai pengawasan itu ada di pihak SPBE yang seharusnya melakukan tes terhadap setiap tabung. Kalau menemukan rembesan saat tes, maka dapat dikembalikan," ujar Didiek.
Dia juga mengimbau kepada seluruh pengguna dan agen utnuk bersama menjaga kondisi tabung sehingga tidak terjadi kbocoran atau kerusakan. "Masa berlakunya antara 5 sampai 10 tahun kalau dijaga dengan benar. Tetapi kan kadang ada yang dengan seenaknya menata tabung dengan cara dibanting-banting," ucapnya.
Ditemui saat sosialisasi kemarin, Inah (45), warga Kalimuya mengaku masih merasa takut menggunakan gas. Tetapi setelah melihat sosialisai kemarin, dia mengaku akan tetap menggunakan gas. "Takut sih memang tapi kl masak pakai minyak tanah lama. Harganya juga mahal," ungkapnya.
Dikatakan Ather, pihaknya belum melihat atau menerima laporan mengenai adanya penurunan minat masyarakat terhadap pemakaian gas. Artinya, lanjut Ather, masyarakat masih menggunakan gas untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut Ather, pihaknya juga belum menerima laporan atau mengetahui adanya warga yang kembali menggunakan minyak tanah ataupun beralih ke tabung ukuran 12 kilogram. "Belum ada tanda-tanda terjadinya penurunan angka penggunaan gas. Dan kami juga belum mengetahui adanya warga yang kembali memakai minyak tanah," ungkap Ather.
Menurut dia, selama ini masyarakat kurang masih kurang memahami tentang penggunaan gas dan aksesorisnya. Seperti pemahaman tentang alat ukur yang ada di regulator. Selama ini, kata Ather, masyarakat berfikir bahwa alat ukur yang ada di regulator adalah alat ukur berat isi. "Itu salah karena alat itu adalah untuk mengukur tekanan gas. Sehingga selama ini apa yang ada di benak mereka itu salah," jelasnya.
Menurut catatan yang ada, kata Ather, untuk konsumsi Kota Depok diperlukan hingga 1.270.000 kilogram gas setiap bulan. Kouta tersebut, lanjut Ather diperuntukan bagi 24 agen se-Depok yang ada di 63 kelurahan.
Sementara itu sales representatif PT Pertamina, Didiek Wirady mengatakan, kejadian ledakan selama ini bukan dikarenakan tabung. Melainkan komponen lain yang dinilai sudah tidak layan pakai sehingga mengakibatkan kebocoran. "Akibat adanya pengoplosan dari tabung 3 kilogram ke 12 kilogram mengakibatkan komponen menjadi rusak. Itu yang mengakibatkan kebocoran. Kalau dari Pertamina kami pastikan aman. Mengenai pengawasan itu ada di pihak SPBE yang seharusnya melakukan tes terhadap setiap tabung. Kalau menemukan rembesan saat tes, maka dapat dikembalikan," ujar Didiek.
Dia juga mengimbau kepada seluruh pengguna dan agen utnuk bersama menjaga kondisi tabung sehingga tidak terjadi kbocoran atau kerusakan. "Masa berlakunya antara 5 sampai 10 tahun kalau dijaga dengan benar. Tetapi kan kadang ada yang dengan seenaknya menata tabung dengan cara dibanting-banting," ucapnya.
Ditemui saat sosialisasi kemarin, Inah (45), warga Kalimuya mengaku masih merasa takut menggunakan gas. Tetapi setelah melihat sosialisai kemarin, dia mengaku akan tetap menggunakan gas. "Takut sih memang tapi kl masak pakai minyak tanah lama. Harganya juga mahal," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar