Senin, 12 Juli 2010

Disdik Depok Tindak Tegas Pelaku Bullying Dalam MOS

DEPOK, Seringnya masa orientasi sekolah (MOS) dijadikan ajang balas dendam oleh senior kepada para juniornya membuat Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok mengancam akan menindak tegas para senior yang terbukti melakukan tindak kekerasan fisik. Apalagi sampai membuat junior terluka atau pingsan. Hal tersebut tidak hanya berlaku ditingkat sekolah menengat atas (SMA) melainkan juga sekolah menengah pertama (SMP). "Kita telah membuat surat edaran ke sekolah-sekolah untuk tidak melakukan aktifitas berlebihan selama masa berlaku MOS. Violence dan bullying dilarang keras," tegas Kepala Disdik Depok, Farah Mulyati, saat dijumpai di ruangannya, Senin (12/7).
Farah mengingatkan, seorang siswa tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mengancam keselamatan jiwa orang lain seperti bullying dan violence terhadap siswa baru. Bahkan, kata Farah, bagi siswa yang sakit, tidak wajib mengikuti MOS. Mereka cukup mengajukan surat keterangan dari dokter dan ketidak ikut sertaan mereka dalam MOS tak akan mempengaruhi nilai akademik. "MOS tidak berpengaruh terhadap nilai akademik," ucapnya.
Wanita berjilbab ini menuturkan, Disdik bakal menjatuhkan tindakan tegas bagi para senior yang tidak mematuhi surat edaran dari Disdik. Apalagi, kata dia, sampai membuat siswa baru terluka dan pingsan. Setiap tindakan, kata dia, sebaiknya dilakukan dengan batas-batas kewajaran. Bila dihukum dengan hukuman olahraga fisik maka tidak boleh terlalu berlebihan. Kalau bisa hukumannya terkait pengenalan lingkungan serta adaptasi dengan lingkungan sekolah. "Perlu diingat MOS bertujuan memperkenalkan murid baru dengan kakak kelas, guru, lingkungan sekolah, dan membangun karakter," terang Farah dengan logat sunda kental.
Secara terpisah, anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) SMA 5 Sawangan Depok, Marcia Audita meyakini MOS di SMA 5 Sawangan berlangsung secara baik tanpa ada tindak kekerasan. Sebab, kata dia, susunan acara MOS dibuat melalui rapat anggota MPK dan OSIS beberapa minggu sebelumnya. "Kita telah mendiskusikan aturan main dalam MOS. Saya kok yakin tidak akan terjadi masalah." katanya mantap.
Mengenai susunan acara, kata Marcia, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Kegiatan klasik seperti mengumpulkan tanda tangan dari para senior dan membuat nametag tetap diadakan. Hal itu tidak akan memicu terjadinya tindak kekerasan selama mengikuti aturan main yang telah disepakati antara MPK dan OSIS. Bahkan, MOS kali ini, kata dia, diberi sentuhan inovatif dengan erakan peduli lingkungan seperti mengumpulkan sampah atau membuat kertas daur ulang. Pihak sekolah, kata Marcia, juga tidak akan membebani orang tua siswa dengan biaya perlengakapan MOS yang mahal. "Acaranya gak ribet deh. Paling suruh bawa koran untuk bikin kertas daur ulang, kalau di akhir acara biasanya ada acara nyebur ke sungai di samping sekolah untuk ngumpulin sampah, buat seru – seruan gitu," katanya.

0 komentar: