DEPOK, Guna meningkatkan industri di Depok berbagai cara dilakukan agar pelaku dunia usaha kecil menengah tetap dapat eksis di dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil. Pelaku usaha kecil menengah pun terus bebenah diri dengan melakukan inovasi dan menciptakan kreasi baru. Hasil dari produk mereka dapat dinikmati warga Depok dan sekitarnya dalam acara Pekan Promosi Produk Industri Kecil Menengah (IKM) di Depok Town Square (Detos) dari 22-26 Juli 2010. Sebanyak 40 IKM yang ada di Depok ikut dalam pameran tersebut. "Ini untuk memperkenalkan IKM yang paten, marketable dan mapan kepada masyarakat Depok," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok Iskandar Rais di sela-sela acara, Kamis (22/7).
Dia menuturkan, konsep acara ini adalah bazaar intermedia. "Artinya, kami hanya sebagai mediator antara pihak bank dengan pelaku industry kecil," ucap Iskandar. Selanjutnya, kata dia, IKM yang ikut dalam pameran adalah IKM terpilih yang memang sudah mapan sehingga dapat menjadi perangsang bagi pelaku industri lainnya. "Kita menghargai hasil karya mereka. Produk yang dipamerkan bukan hanya produk IKM biasa. Produk mereka adalah produk unggulan yang diciptakan berdasarkan hasil pemikiran pelaku usaha," ujar Iskandar.
Menurut dia, IKM Depok dapat maju jika dikembangkan dengan baik. Dari data yang dimiliki, 400 IKM yang ada di Depok, hampir separuhnya memiliki potensi untuk masuk dunia industri. Namun kali ini pihaknya baru dapat memamerkan 40 IKM saja. "Seperti genta nada ini yang memiliki irama berbeda dengan yang ada di daerah lain," ujar mantan Asisten Tata Praja Kota Depok ini.
Abdul Madjid Gangga, pemilik Sentra Genta Nada menjelaskan, genta nada yang diproduksinya memiliki nada khas. Memang alat music seperti ini banyak diproduksi di daerah lain. Namun dia meyakinkan genta nada miliknya memiliki ciri tersendiri. "Iramanya berbeda dengan yang lain," ujar Abdul.
Harga alat musik yang diproduksi Abdul bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. "Mulai dari Rp 750ribu sampai Rp 10juta," katanya. Setiap bulan dia mampu menghasilkan hingga 50 genta nada. Pria ini sudah tujuh tahun menggeluti dunia usaha seperti ini dan berharap dapat menembus pangsa pasar dunia. "Baru untuk di Indonesia saja. Kalau untuk ekspor belum banyak, kalau ada pesanan satu atau dua saja, ya pesanan perorangan lah. Bukan partai besar," ungkapnya.
Ditemui di tempat yang sama, Ketua Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Depok, Ronny Aidil berharap industri kecil menengah seperti ini tidak mati. Pasalnya, tarif dasar listrik (TDL) dinilai dapat mematikan indutri kecil menengah. "Pasti ada dampaknya, karena biaya produksi sudah pasti naik. Kalau mereka menaikkan harga jual juga berdampak pada penurunan daya beli," ucap Ronny.
Dia menambahkan, hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan adanya pelaku usaha yang gulung tikar akibat kenaikan TDL. Namun dari pengalaman terdahulu, sekitar 20-30 pelaku usaha tutup akibat TDL. "Harusnya PLN yang melakukan efisiensi," tandasnya.
Dia menuturkan, konsep acara ini adalah bazaar intermedia. "Artinya, kami hanya sebagai mediator antara pihak bank dengan pelaku industry kecil," ucap Iskandar. Selanjutnya, kata dia, IKM yang ikut dalam pameran adalah IKM terpilih yang memang sudah mapan sehingga dapat menjadi perangsang bagi pelaku industri lainnya. "Kita menghargai hasil karya mereka. Produk yang dipamerkan bukan hanya produk IKM biasa. Produk mereka adalah produk unggulan yang diciptakan berdasarkan hasil pemikiran pelaku usaha," ujar Iskandar.
Menurut dia, IKM Depok dapat maju jika dikembangkan dengan baik. Dari data yang dimiliki, 400 IKM yang ada di Depok, hampir separuhnya memiliki potensi untuk masuk dunia industri. Namun kali ini pihaknya baru dapat memamerkan 40 IKM saja. "Seperti genta nada ini yang memiliki irama berbeda dengan yang ada di daerah lain," ujar mantan Asisten Tata Praja Kota Depok ini.
Abdul Madjid Gangga, pemilik Sentra Genta Nada menjelaskan, genta nada yang diproduksinya memiliki nada khas. Memang alat music seperti ini banyak diproduksi di daerah lain. Namun dia meyakinkan genta nada miliknya memiliki ciri tersendiri. "Iramanya berbeda dengan yang lain," ujar Abdul.
Harga alat musik yang diproduksi Abdul bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. "Mulai dari Rp 750ribu sampai Rp 10juta," katanya. Setiap bulan dia mampu menghasilkan hingga 50 genta nada. Pria ini sudah tujuh tahun menggeluti dunia usaha seperti ini dan berharap dapat menembus pangsa pasar dunia. "Baru untuk di Indonesia saja. Kalau untuk ekspor belum banyak, kalau ada pesanan satu atau dua saja, ya pesanan perorangan lah. Bukan partai besar," ungkapnya.
Ditemui di tempat yang sama, Ketua Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Depok, Ronny Aidil berharap industri kecil menengah seperti ini tidak mati. Pasalnya, tarif dasar listrik (TDL) dinilai dapat mematikan indutri kecil menengah. "Pasti ada dampaknya, karena biaya produksi sudah pasti naik. Kalau mereka menaikkan harga jual juga berdampak pada penurunan daya beli," ucap Ronny.
Dia menambahkan, hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan adanya pelaku usaha yang gulung tikar akibat kenaikan TDL. Namun dari pengalaman terdahulu, sekitar 20-30 pelaku usaha tutup akibat TDL. "Harusnya PLN yang melakukan efisiensi," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar