DEPOK, Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Depok Oktober 2010, Dewan Pengurus Daerah (DPD) Tingkat II Partai Golkar menggelar deklarasi pencalonan walikota dan wakil walikota Depok Badrul Kamal dan Agus Supriyanto di Hotel Bumi Wiyata Depok. Badrul Kamal adalah mantan walikota Depok periode 2000 – 2005 yang berpasangan dengan seorang pengusaha, Supriyanto dan diusung oleh partai besar seperti Partai Demokrat dan Partai Golkar. Acara awal berlangsung secara tertutup oleh pihak internal Partai Golkar sejak pukul 13.00 WIB, namun hingga tiga jam lebih wartawan belum juga diizinkan meliput acara tersebut berbanding terbalik dengan undangan yang sudah dikirimkan oleh pihak partai. Ketika sudah diperbolehkan masuk ke ruang deklarasi, sejumlah kader partai dan pihak keamanan partai melarang wartawan masuk dan mengusir wartawan dengan menggiring keluar, salah satunya reporter Jak TV.
Wartawan harian yang terdiri dari puluhan media nasional dan media lokal pun langsung meninggalkan ruangan dan memboikot acara tersebut. Sekretaris kelompok kerja (Pokja) wartawan Depok dari Pelita, Suwandi mengatakan, selain merasa diusir, para wartawan juga sudah dikejar oleh batas waktu mengirim berita (deadline). "Kami sudah deadline dan tidak mau lagi meliput acara tersebut, ini persoalan harga diri, katanya kami diundang tapi tidak boleh meliput," kata dia, kepada para kader Partai Golkar di lokasi, Minggu (4/7).
Meski sempat terjadi adu mulut antara wartawan dengan para kader partai Golkar, Ketua DPD Partai Golkar Depok Babai Suhaemi meminta maaf kepada wartawan atas insiden yang terjadi. Babai menganggap hal itu hanya masalah sepele dan akibat kesalahpahaman terkait mekanisme deklarasi. "Kami mohon maaf, tidak ada yang mengusir, mana orangnya, siapa orangnya, kalau ada saya tending orangnya, ini kan memang harus mengikuti mekanisme, nanti ada konferensi pers," tegas Babai.
Meski sempat alot, wartawan pun tetap meninggalkan acara dengan alasan deadline. Pemilukada Depok saat ini tengah memasuki tahapan verifikasi calon independen menjelang hari pencoblosan 16 Oktober 2010.
Wartawan harian yang terdiri dari puluhan media nasional dan media lokal pun langsung meninggalkan ruangan dan memboikot acara tersebut. Sekretaris kelompok kerja (Pokja) wartawan Depok dari Pelita, Suwandi mengatakan, selain merasa diusir, para wartawan juga sudah dikejar oleh batas waktu mengirim berita (deadline). "Kami sudah deadline dan tidak mau lagi meliput acara tersebut, ini persoalan harga diri, katanya kami diundang tapi tidak boleh meliput," kata dia, kepada para kader Partai Golkar di lokasi, Minggu (4/7).
Meski sempat terjadi adu mulut antara wartawan dengan para kader partai Golkar, Ketua DPD Partai Golkar Depok Babai Suhaemi meminta maaf kepada wartawan atas insiden yang terjadi. Babai menganggap hal itu hanya masalah sepele dan akibat kesalahpahaman terkait mekanisme deklarasi. "Kami mohon maaf, tidak ada yang mengusir, mana orangnya, siapa orangnya, kalau ada saya tending orangnya, ini kan memang harus mengikuti mekanisme, nanti ada konferensi pers," tegas Babai.
Meski sempat alot, wartawan pun tetap meninggalkan acara dengan alasan deadline. Pemilukada Depok saat ini tengah memasuki tahapan verifikasi calon independen menjelang hari pencoblosan 16 Oktober 2010.
0 komentar:
Posting Komentar