DEPOK, Kerjasama antara Universitas Indonesia (UI) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk melakukan riset terhadap peningkatan produktifitas belimbing (Averrhoa carambola) melalui pemanfaatan limbah pasar trandisional di Kota Depok sebagai pengganti pupuk organik dan variasi penggunaan pembungkus buah belimbing mendapatkan hasil adanya kecenderungan pertumbuhan pada media tanaman yang ditambahkan kompos relatif baik. Sementara penambahan limbah cair dapat menjadi komplemen dari media umum yang digunakan atau pun menjadi suptitusi dari pupuk kandang. "Studi ini sebenarnya bertujuan untuk mendapatkan alternatif penggunaan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah pasar tradisional dan variasi pembungkus buah belimbing dalam peningkatan produktivitas belimbing. Serta alternatif pemanfaatan buah belimbing sebagai effervesens guna meningkatkan nilai produksi buah belimbing di pasar," kata Dr Susiani Purbaningsih, DEA, dalam seminar "Riset untuk Pengabdian Masyarakat di Balai Sidang UI, Selasa (23/3).
Menurut Susi, studi ini dibagi dua tahapan, yaitu tahapan assesment dan tahapan pembuatan effervesens. Tahapan assessment terdiri dari pengujian pupuk organik limbah pasar tradisonal yang meliputi analisis kandungan dan keunggulan khasiatnya pada tanaman belimbing dan variasi penggunaan bahan pembungkus buah. Sedangkan untuk tahap pembuatan efferrvesens dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa buah dari belimbing manis. Proses pembuatan tepung belimbing manis dibagi menjadi tiga tahap, yakni pembuatan fitrat ekstrak belimbing manis, penambahan pengisi ke dalam fitrat belimbing manis, dan proses peneringan. "Hasilnya, menunjukan adanya kecenderungan pertumbuhan pada media tanam yang ditambahkan kompos relatif baik," kata dia.
Dikatakanya, dari hasil pembungkusan buah dengan beberapa jenis bungkus dan warna diperoleh belimbing dengan beberapa variasi warna. "Jika ingin memperoleh belimbing dengan warna hijau maka dapat digunakan pembungkus kertas minyak warna putih. Untuk pembungkus warna biru merah, hijau, kuning, dan plastik warna hitam maka diperoleh warna kuning," katanya.
Sementara itu, kata dia, untuk pembungkus plastik bening akan diperoleh buah dengan tepi buah berwarna hijau, dengan bagian dalam kekuning-kuningan. "Jika ingin memperoleh buah dengan kadar vitamin C tinggi maka dapat dibungkus dengan bungkus karbon, sedangkan untuk memperoleh buah dengan kadar gula rendah dapat menggunakan bungkus warna biru," kata Susi.
Sementara salah seorang pengajar bidang Studi Geografi Pertanian F MIPA UI, Tuti Handayani mengatakan, untuk mengklaim belimbing sebagai ikon Depok diperlukan kajian lebih dalam lagi karena selama petani Depok menanam belimbing hanya berdasarkan pengalaman turun temurun. Sedangkan, lokasi pertanian belimbing hanya ada di Kecamatan Cimanggis dan Sawangan. "Pemkot Depok harus melakukan pembinaan terus menerus agar petani di seluruh wilayah Depok menanam belimbing," katanya. Ia menambahkan, untuk mencari belimbing Depok pun tidak sesulit sekarang ini. "Kalau masyarakat melihat belimbing sebagai sebuah potensi penambah pundi-pundi mereka pasti mau menanam belimbing di pekarangan rumah mereka," kata dia.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan, yang dimaksud ikon adalah buah belimbing sebagai eksotik flut (buah eksotik) bukan dijadikan sebagai industri. "Kalau untuk industri wilayah Depok tidak akan mencukupi," kilahnya.
Menurut Susi, studi ini dibagi dua tahapan, yaitu tahapan assesment dan tahapan pembuatan effervesens. Tahapan assessment terdiri dari pengujian pupuk organik limbah pasar tradisonal yang meliputi analisis kandungan dan keunggulan khasiatnya pada tanaman belimbing dan variasi penggunaan bahan pembungkus buah. Sedangkan untuk tahap pembuatan efferrvesens dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa buah dari belimbing manis. Proses pembuatan tepung belimbing manis dibagi menjadi tiga tahap, yakni pembuatan fitrat ekstrak belimbing manis, penambahan pengisi ke dalam fitrat belimbing manis, dan proses peneringan. "Hasilnya, menunjukan adanya kecenderungan pertumbuhan pada media tanam yang ditambahkan kompos relatif baik," kata dia.
Dikatakanya, dari hasil pembungkusan buah dengan beberapa jenis bungkus dan warna diperoleh belimbing dengan beberapa variasi warna. "Jika ingin memperoleh belimbing dengan warna hijau maka dapat digunakan pembungkus kertas minyak warna putih. Untuk pembungkus warna biru merah, hijau, kuning, dan plastik warna hitam maka diperoleh warna kuning," katanya.
Sementara itu, kata dia, untuk pembungkus plastik bening akan diperoleh buah dengan tepi buah berwarna hijau, dengan bagian dalam kekuning-kuningan. "Jika ingin memperoleh buah dengan kadar vitamin C tinggi maka dapat dibungkus dengan bungkus karbon, sedangkan untuk memperoleh buah dengan kadar gula rendah dapat menggunakan bungkus warna biru," kata Susi.
Sementara salah seorang pengajar bidang Studi Geografi Pertanian F MIPA UI, Tuti Handayani mengatakan, untuk mengklaim belimbing sebagai ikon Depok diperlukan kajian lebih dalam lagi karena selama petani Depok menanam belimbing hanya berdasarkan pengalaman turun temurun. Sedangkan, lokasi pertanian belimbing hanya ada di Kecamatan Cimanggis dan Sawangan. "Pemkot Depok harus melakukan pembinaan terus menerus agar petani di seluruh wilayah Depok menanam belimbing," katanya. Ia menambahkan, untuk mencari belimbing Depok pun tidak sesulit sekarang ini. "Kalau masyarakat melihat belimbing sebagai sebuah potensi penambah pundi-pundi mereka pasti mau menanam belimbing di pekarangan rumah mereka," kata dia.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan, yang dimaksud ikon adalah buah belimbing sebagai eksotik flut (buah eksotik) bukan dijadikan sebagai industri. "Kalau untuk industri wilayah Depok tidak akan mencukupi," kilahnya.
0 komentar:
Posting Komentar