DEPOK, Semenjak pelantun lagu Tak Gendong, Mbah Surip di kebumikan di pemakaman seniman Bengkel Teater. Tak sehari pun kawasan Bengkel Teater sepi pengunjung. Sehingga tak secuil pun kesempatan mahasiswa bengkel membersihkan area hijau tersebut dari gunungan sampah. "Pihak Bengkel Teater WS Rendra menerapkan batas jam berkunjung. Hal itu dilakukan agar adanya kesempatan anggota Bengkel Teater untuk membersihkan areal rumah WS Rendra dari sampah yang dibuang pengunjung," kata asisten WS Rendra Kalong Hasibuan, Kamis (6/8).
Menurut dia, pemberlakukan tertib administrasi tersebut diberlakukan mulai Kamis (06/08). Jam berkunjung dimulai pukul 09.00-17.00. Setiap pengunjung datang harus mengisi buku tamu di meja yang di sediakan di depan aula Bengkel Teater. "Bagi peziarah lokal atau sekitar Depok jam berkunjungnya hanya mencapai jam 17.00 WIB. Sedangkan pengunjung yang jauh bisa diberikan toleransi," kata Kalong.
Kalong mengatakan, bagi anak-anak yang ingin datang harus didampingi guru dan orangtuanya. "Jika mereka datang sendiri tidak diperkenankan," ujar pria berambut panjang itu. Sementara itu antusiasme masyarakat yang ingin mendoakan Mbah Surip masih terus mengalir. Baik itu warga setempat hingga warga daerah lain. Seperti halnya Muhammad Jainuddin (40) asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Meski dilarang sang istri, Jainuddin nekat berziarah ke makam Mbah Surip. "Mbah Surip memiliki arti penting bagi saya. Dia mulai dari nol hingga tenar seperti saat ini dia tetap tidak berubah," ujar Jainuddin. Terlihat juga pengamen KRL Bogor-Jakarta dari kelompok Seniman Kereta Pala Bali mendoakan Mbah Surip dengan khusu.
Belasan pelajar SDIT Al Hikmah Cipayungjaya, Panmas, Depok dan pelajar SDN 2 Cipayung, Panmas, Depok, berbondong-bondong mendoakan arwah Mbah Surip. Usai berdoa para pelajar tersebut beramai-ramai menyanyikan lagu Mbah Surip dengan judul Tak Gendong dan Bangun Tidur secara beramai-ramai.
Menurut guru olahraga SDIT Al Hikmah Afrizal menjelaskan bahwa puluhan pelajar kelas empat mendesak kepada guru untuk berziarah ke makam Mbah Surip yang merupakan tokoh fenomenal. Selain itu memberikan pengetahuan ke pelajar tentang kematian. Kesempatan ziarah itu diberikan pada saat jam olahraga.
Sementara itu, Nensih siswi kelas enam SDN Cipayung 2 menyatakan puluhan teman-temannya dari kelas lima hingga enam datang ke pemakaman karena ingin mendoakan Mbah Surip. "Mbah Surip buat kami kagum," tandasnya.
Menurut dia, pemberlakukan tertib administrasi tersebut diberlakukan mulai Kamis (06/08). Jam berkunjung dimulai pukul 09.00-17.00. Setiap pengunjung datang harus mengisi buku tamu di meja yang di sediakan di depan aula Bengkel Teater. "Bagi peziarah lokal atau sekitar Depok jam berkunjungnya hanya mencapai jam 17.00 WIB. Sedangkan pengunjung yang jauh bisa diberikan toleransi," kata Kalong.
Kalong mengatakan, bagi anak-anak yang ingin datang harus didampingi guru dan orangtuanya. "Jika mereka datang sendiri tidak diperkenankan," ujar pria berambut panjang itu. Sementara itu antusiasme masyarakat yang ingin mendoakan Mbah Surip masih terus mengalir. Baik itu warga setempat hingga warga daerah lain. Seperti halnya Muhammad Jainuddin (40) asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Meski dilarang sang istri, Jainuddin nekat berziarah ke makam Mbah Surip. "Mbah Surip memiliki arti penting bagi saya. Dia mulai dari nol hingga tenar seperti saat ini dia tetap tidak berubah," ujar Jainuddin. Terlihat juga pengamen KRL Bogor-Jakarta dari kelompok Seniman Kereta Pala Bali mendoakan Mbah Surip dengan khusu.
Belasan pelajar SDIT Al Hikmah Cipayungjaya, Panmas, Depok dan pelajar SDN 2 Cipayung, Panmas, Depok, berbondong-bondong mendoakan arwah Mbah Surip. Usai berdoa para pelajar tersebut beramai-ramai menyanyikan lagu Mbah Surip dengan judul Tak Gendong dan Bangun Tidur secara beramai-ramai.
Menurut guru olahraga SDIT Al Hikmah Afrizal menjelaskan bahwa puluhan pelajar kelas empat mendesak kepada guru untuk berziarah ke makam Mbah Surip yang merupakan tokoh fenomenal. Selain itu memberikan pengetahuan ke pelajar tentang kematian. Kesempatan ziarah itu diberikan pada saat jam olahraga.
Sementara itu, Nensih siswi kelas enam SDN Cipayung 2 menyatakan puluhan teman-temannya dari kelas lima hingga enam datang ke pemakaman karena ingin mendoakan Mbah Surip. "Mbah Surip buat kami kagum," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar