Selasa, 28 Juli 2009

Dinkes Depok Bangga, Pedagang Makanan Kurangi Penggunaan Zat Berhaya

DEPOK, Hasil survai Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok terkait penggunaan kadar bahan tambahan pangan berbahaya mengandung formalin, boraks, rhodamin B, metanil yellow, atau pun bahan tambahan pangan melebihi batas diperbolehkan seperti siklamat dan benzoat oleh para pedagang jajanan anak di sekolah dasar (SD) di empat kecamatan yakni Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis dan Sawangan, mengalami penurunan cukup signifikan. "Dari hasil uji laboratorium menunjukan ada penurunan penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya oleh pedagang jajanan di sekolah-sekolah dasar," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok Hardiyono, saat membuka seminar Hasil Survey Makanan Jajanan Anak Sekolah di Balai Kota, Selasa (28/7).
Menurut Hardiyono, sampel makanan yang diambil di kantin sekolah atau di jajahkan di depan sekolah telah diuji laboratorium. Hasilnya, kata dia, cukup membanggakan. Penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya jenis methanil yellow pada 2008 mencapai 10 persen, namun di 2009 hasilnya 0 persen. Penggunaan formalin pada 2008 mencapai 41,67 persen, di 2009 penggunaan formalin tinggal 10 persen. Rhodamin B pada 2008 mencapai 23,33 persen, namun di 2009 penggunaanya tinggal 5 persen. Penggunaan Borak di 2008 mencapai angka 63,33 persen, di tahun 2009 tinggal 10 persen. Begitu juga, katanya, penggunaan pangan mengandung bahan tambahan pangan yang diperbolehkan namun melebihi kadar penggunaannya. Penggunaan siklamat pada 2008 mencapai 30 persen, di 2009 penggunaanya hanya 0 persen. Sedangkan benzoat pada 2008 hanya 0 persen penggunaanya, namun di tahun 2009 ini meningkat menjadi 20 persen. "Namun survai ini belum memenihi fakta keseluruhan karena baru dilakukan
pada empat kecamatan. Masih ada dua kecamatan lagi yang belum dilakukan survai. Namun, dalam waktu dekat ini akan dilakukan," katanya.
Hardiyono berpesan, pada kepala sekolah dan guru untuk mau memberikan informasi terus menerus kepada anak didik tentang cara memperoleh pangan yang baik dan sehat. Terutama jajanan di lingkungan sekolah. "Jangan pernah bosan untuk memberikan informasi ke para murid tentang pentingnya memilih makanan sehat dan higenis," ujarnya.
Ia mengingatkan, keamanan pangan merupakan kebutuhan masyarakat, makanan sehat dan aman akan melindungi serta mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Keamanan pengan pada dasarnya hygiene sanitasi makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit. "Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan gambaran kepada kita semua tentang sehat tidaknya pangan yang kita konsumsi," kata Hardiyono.
Pernyataan Hardiyono di amini Kepala Bidang Perbekalan Kesehatan dan POM, Dinas Kesehatan Kota Depok, Herjubinartin. Menurut Herjubinartin pengambilan sampel dilakukan di 60 SD di 4 kecamatan di Kota Depok. Metode pengumpulan data, terang dia, menggunakan cara interview pedagang makanan jajanan dan analisa kadar makanan untuk mengukur kandungan penggunaan bahan tambahan pangan. "Laboratorium yang kita gunakan laboratorium Saraswati, Bogor," katanya.
Tujuan kegiatan ini, terang Herjubinartin, mendukung terlaksananya kegiatan pengawasan dan pengendalian bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan jajanan anak sekolah. "Hasil survai dan hasil penelitian kita bagikan langsung ke pada sekolah-sekolah," kata dia.
Hasilnya, kata dia, wilayah pedagang jajanan SD yang banyak mengunakan bahan tambahan pangan berbahaya dan melebihi kadar yakni boraks di Sawangan, formalin di Sukmajaya, rhodamin B di Sawangan, Sukmajaya dan Cimanggis, Benzoat pada saos yang melebihi kadar terdapat di Sukmajaya. "Untuk jenis benzoat angkanya naik 20 persen dari tahun 2008, dikarenakan banyak munculnya jenis saos baru," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Survei dan Penyuluhan, BPOM Jakarta, Yanti Ratnasari mengatakan, kasus pengunaan bahan tambahan pangan berbahaya dan melibihi kadar menurut survai 2008 menunjukan angka 40 persen di Indonesia. "Untuk pemperkecil prosentase tersebut maka kami akan terus melakukan pengawasan kepada distributor besar dan pengecer bahan tambahan pangan berbahaya di seluruh Indonesa," katanya.

0 komentar: