Kamis, 07 Mei 2009

Seniman Depok Mengeluh Tak Diperhatikan Wali Kota


DEPOK, Para pelaku kesenian Kota Depok mengeluh tak mendapat perhatian dari Pemerintah Kota (pemkot) Depok. Padahal mereka adalah garda terdepan kesenian Kota Depok. "Selama seniman tak pernah mendapat dukungan moril mau pun materil dari Pemkot Depok," kata pemimpin Gambang Kromong Sinar Fajar, Nisam Rampak saat ditemui pada acara seminar Para Penggiat Seni se-Depok di Graha Cita Insan, Depok, Kamis (7/5).

Nisam menuding Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail sangat apatis terhadap kesenian. Ia dengan sengaja membiarkan pelaku seni berjalan sendiri. "Kami nggak menuntut macam-macam. Coba tolong berikan kami jalan untuk membuka jalur. Selama ini kan kami berjalan sendiri," keluhnya.

Pernyataan serupa juga diutarakan Azrijal Nur, penyair asal Depok. Ia menilai pemkot hanya terfokus pada pembanguna fisiK. Padahal, ungkapnya, antara pembangunan fisik dan kesenian dapat bersinergi. Artinya pembangunan fisik dan kesenian dapat menciptakan keseimbangan harmonis. Dia pun mempertanyakan pembangunan gedung kesenian yang seharusnya ada sebagai wadah berkreasi. "Mengapa tidak ada anggaran untuk pembangunan gedung kesenian dalam APBD. Kami berharap anggaran tersebut masuk dalam APBD," katanya.

Azrijal mengatakan, Kota Depok kerap melahirkan seniman ternama. Seharusnya potensi mereka dapat dijadikan aset untuk dapat mengembangkan sinergisitas antarpembangunan dan kesenian. "Prediksi saya, Depok merupaka gudang seni ketiga setelah Bali dan Jogja," paparnya.

Dia sangat menyayangkan status seniman Depok yang hanya sekedar ‘numpang tidur’ di Kota Depok. Padahal, mereka selalu mengusung nama Depok. "Seharusnya ada dong gedung kesenian di Depok," kata Azrijal.

Menurutnya, kesenian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu seni hiburan dan seni bersubsidi. Jika seni hiburan hanya memberikan hiburan semata, namun berbeda dengan seni bersubsidi yang juga memberikan pemasukan untuk aset daerah. Jika kesenian daerah mendapat perhatian, dia optimis keberlangsungan seni tetap terjaga. "Saat ini para pelaku seni marasa sudah patah hati akibat tidak adanya fasilitas serta sarana yang disediakan dari pihak pemkot," kata dia.

Zack Sorga selaku sutradara Teater Kanvas mengungkapkan, seniman saat ini mayoritas adalah kaum tua. Ironisnya, tidak ada yang memperhatikan nasib mereka selanjutnya. "Mengapa yang tua nggak diperhatiin?," tuturnya.

Dia memang mengakui untuk kaderisasi seniman terhitung sulit karena kaum muda menganggap seni tidak membawa kesejahteraan bagi mereka. Seharusnya, kata Zack, pemkot mencari solusi dan menghilangkan kerangka berpikir seperti ini. "Bayangkan saja, ada seniman yang sudah tua sampai saat ini berjalan sendiri tanpa ada perhatian dari manapun," kata Zack.

Sementara itu, Titi Widoretno Warisman atau yang lebih familiar dengan sapaan Neno Warisman selaku penggiat seni menghimbau kepada masyarakat agar menjadi lebih berseni dengan menempatkan segala sesuatu dengan kepatutan sesuai dengan fitrah manusia. Dengan fitrahnya, papar Neno secara otomatis akan menghargai kesenian dan tidak melawan fitrahnya. "Mari kita jadikan masyarakat menjadi lebih berseni," tandasnya.

0 komentar: