Jumat, 01 Mei 2009

Polisi Gerebek Pabrik dan Gudang Ektasi di Depok


DEPOK, Satuan Narkoba Polda Metro Jaya berhasil membongkar satu buah pabrik Methyl Deoxy Methamphetamine (MDMA) atau ektasi yang terletak di Komplek Hankam, Jalan Camar, RT05/RW05, MD 9 , Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis. Serta satu gudang penyimpanan bahan kimia di Jalan Kampung Rumbutan no 8, Rt02/RW09, kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis.

Polisi berhasil mengamankan 500 bal bubuk ektasi, 105 jirigen ukuran 20 liter berisi MDMA golongan 1, 500 botol campuran kimia lainya, 8 drum amoniak, sebuah truk 3/4 warna kuning, dan mengamankan lima orang tersangka. Dalam sehari pabrik tersebut menghasilkan 100 kilogram bubuk ektasi. "Satu kilo bubuk ektasi sama dengan 5000 butir ektasi. Artinya, 5000 butir x100 kilo sama dengan 500 ribu butir ektasi," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Arman Depari, Jumat (1/5).

Kombes Arman mengatakan, rumah kediaman Andreas Sompi Roti ini menghasilkan bahan bubuk pembuat pil ekstasi. "Di dalam saja terdapat bahan serbuk 10 ton," jelasnya.

Sementara menurut Ketua RT05/05, Erizal, polisi menggerebek rumah Andreas Sompi Roti pada Kamis (30/4) pukul 17.00 WIB dengan mengerahkan 20 anggota. "Awalnya warga sudah curiga dengan bentuk rumah Andreas yang serba tertutup. Padahal, warga berulang kali meminta untuk dilakukan pembongkaran tembok dan mengganti gerbang plat. Sekarang terjawab semua," katanya. Namun, kata Erizal, Anderas selalu memberi alasan bahwa ini kesalahan tukang. ia tidak mungkin membongkar plat dan tembok yang tinggi ini dengan alasan tak memiliki cost.

Erizal menuturkan, 19 April lalu Enrico kakak ipar Andreas dan Anderas sendiri sempat datang menemuinya untuk minta izin tinggal. Sebab, kata dia, rumah di Jalan Camar sesungguhnya milik Enrico. Anderas hanya ditugasi menjaga dan merawat gedung tersebut. Enrico sendiri mengaku bekerja sebagai pelaut. "Saya sudah sarankan mereka untuk berika fotokopi KTP dan kartu keluarga, tapi sampai saat ini beberapa persyaratan tersebut belum dipenuhi," ujaranya.

Erizal mengatakan, Andreas sebetulnya telah lama tinggal di Komplek Hankam. Sebelum menikah ia bekerja sebagai tukang ojeg. Setelah menikah dengan istrinya sekarang, kata Erizal, yang berasal dari Nias, kehidupan Anderas berubah total. "Bulan April ia beserta ketiga anak dan istrinya mulai menempati rumahnya. Sebelum Andrias menempati rumah tersebut ia sempat melakukan syukuran kebaktian di rumah tersebut dan mengirimkan kotak makanan ke tetangga-tetangga," ujar dia.

Hal senada juga diutarakan Leman (46), warga RT 05/05. Ia mengaku curiga saat melihat bangunan seluas 700 meter tersebut bentuknya sangat besar dan tertutup. Akan tetapi, ia tidak pernah melihat aktivitas yang mencurigakan seperti mobil yang ramai keluar masuk ataupun adanya orang-orang yang mendatangi tempat tersebut. "Dia pun tidak pernah mengikuti pertemuan antarwarga yang diadakan seminggu sekali," ujarnya.

Leman mengaku, ia sempat masuk ke dalam rumah tersebut, ketika BABINSA memeriksa rumah Andreas. Menurutnya, bangunan terdiri dari dua lantai dan ada bunker sedalam tiga meter di dalam nya. Di dalam bunkertersebut terdapat 105 drum berisi bahan kimia cair masing-masing drum berisi 20 liter. "Kondisinya sangat bau," katanya.

Pernyataan Lehman diamini Eman. Menurutnya, keluarga Anderas sangat tertutup. "Mereka sama sekali tak melakukan komunikasi dengan warga," tandasnya.

Sementara secara terpisah Ibu Kardoyo, tetangga di rumah kontrakan Andreas yang terletak di depan rumah tersebut mengatakan bahwa ia tidak terlalu mengenal penghuni rumah tersebut. Menurutnya, penghuni rumah tersebut adalah orang cenderung tertutup, sehingga tidak dikenal warga. "Warga nggak ada yang kenal secara dekat," jelasnya.

Rumah kontrakan tersebut milik Rosi, wanita yang saat ini tinggal di Pasar Minggu. Rumah tersebut sudah dikontrak selama setahun oleh Andreas. "Andrias suka datang pada malam hari dengan menggunakan mobil bak terbuka yang ditutup terpal. Saya juga tidak pernah mengetahuipekerajaan orang itu," ujarnya.

Sayangnya Kopolda Metro Jaya, Irjen Wahyono yang datang ke TKP tidak mau memberikan komentar sedikit pun. Setelah selama satu jam berada di TKP, ia langsung kabur meninggalkan TKP tanpa memberikan keterangan pers.

0 komentar: