Kamis, 24 Februari 2011

SMA Negeri 5 Depok : Bangun ‘Rumah’ dari 5000 Kaleng Minuman Bekas


DEPOK, Ide-ide inovatif tidak pernah pudar walau terkendala dana. Dengan memanfaatkan barang bekas alias sampah kaleng, anak-anak Sekolah Menengat Atas (SMA) Negeri 5 mencoba membuat terobosan baru dengan membuat rumah kaleng. Ide inovatif ini menuai banyak pujian dari para peneliti lingkungan hidup di negeri Sakura, Jepang. Sayangnya ide ini tidak dapat teralisasi sempurna karena Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail memboyong anak-anak SMAN 5 ke Jepang untuk melakukan presentasi.

Mengapa kemudian ide ini mendapatkan puja puji, karena ide ini merupakan ide orisinil anak-anak SMAN 5 yang sudah jenuh dengan permasalahan sampah. Di mata anak-anak SMAN 5 mengolah sampah untuk dijadikan pupuk kompos bukan lah ide luar biasa. Banyak orang mampu membuatnya. Merekayasa sampah untuk berbagai kerajian pun sudah lazim dilihat. Produknya banyak diperjualkan. Sekarang ada terobosan terbaru soal pengeloaan sampah rumah tangga. Menyulap sampah menjadi bahan bangunan rumah tinggal layak huni.

Kreasi membuat rumah dari bahan kaleng minuman ini lah yang mengantarkan siswa-siswi SMAN 5 Depok meraih pujian dari para peniliti Jepang. Yang paling menarik: rumah kaleng mereka disebut sebagai rumah ramah lingkungan. ”Sejujurnya ide awalnya adalah kita hanya ingin mengajak pelajar mengelola sampah. Ternyata muncul gagasan membuat rumah dari bahan sampah. Ide itu pun mulai dibahas,” kata M Aqil Mustaqbal, pembina Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 5 Depok.

Hasil pembahasan anggota KIR kemudian mengkerucut pada ide membuat rumah berbahan kaleng minuman bekas. Dengan alasan bahan kaleng lebih realible dibuat sebagai bahan bangunan rumah. Tak disangka, kata M Aqil, pembuatan rumah berbahan kaleng itu mengantarkan pelajar SMAN 5 ini mendapatkan undangan khusus dari Pemerintah Kota Osagi, Jepang. Untuk mempresentasikan temuan uniknya itu,
dihadapan peneliti asal negeri sakura. ”Kita presentasi dalam Simposium Lingkungan Pemanfaatan Limbah Berkelanjutan di Jepang. Hasil karya cipta ini lah yang dipamerkan di sana,” terang mahasiswa Fakultas Tekni Lingkungan UI itu.

Dalam presentasinya, para pelajar membeberkan seluruh mekanime pembuatan rumah berbahan kaleng minuman bekas itu. Mulai dari mendisain, membuatnya dan melakukan pengujian.Hasilnya pun dianggap cukup baik. Meskipun, sambung dia, terdapat beberapa kekuarangan yang perlu dilakukan perbaikan. Agar rumah berbahan kaleng minuman bekas itu dapat lebih nyaman dan enak ditempati. “Kita hanya mencoba membuat rumah contohnya saja. Terus diwujudkan dalam bentuk sebenarnya. Ternyata cukup nyaman, tapi masih ada beberapa kelemahan,” kata dia.

M Aqil menuturkan, prosesi pembuatan rumah kaleng sangat sederhana. Hanya membutuhkan bahan baku kaleng minuman bekas, ijuk, pelastik, dan beberapa bahan kayu. Semua bahan itu diramu menjadi rumah. Mengenai bentuk, kata dia, dapat disesuaikan dengan keinginan para pembuat rumah. Namun, anak-anak KIR lebih menekankan pada penggunaan filosofi angka lima. Diawali dari pondasi yang berbentuk segi lima. ”Semua bagiannya pun dijadikan bentuk lima. Termasuk atapnya, pintu, dan lainnya,” kata dia.

Menurutnya, hanya dinding rumah saja berbentuk segi empat. Itu pun, tegas dia, lebih didasari pada estetika rumah saja. Jika dipaksakan berbentuk segi lima menjadi tidak nyaman ruang dalamnya dan banyak ruang terbuang sia-sia.

Untuk membuat rumah kaleng ini, terang M Aqil, para siswa membutuhkan sekitar 5000 kaleng meinuman bekas. Semuanya berasal dari sampah-sampah minuman rumah tangga atau warung. “Para pelajarlah yang membawanya ke sekolah. Kemudian kita merangkainya,” tandasnya.

0 komentar: