Jumat, 10 Desember 2010

*Home Industry Sepatu Kulit New Hunteria


BERHARAP MERAIH PAMOR CIBADUYUT
DEPOK, Pamor sandal dan sepatu kulit buatan pebisnis asal Kota Depok belum seujung kuku ketenaran sandal dan sepatu kulit produksi pengusaha asal Cibaduyut, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar). Namun, secara kualitas sandal dan sepatu kulit buatan pengusaha asal kota berikon Belimbing Dewa ini tak kalah baik dengan buatan Cibaduyut. Bahkan, model sandal dan sepatu merk New Hunteria tengah diganderungi para pengusaha muda asal Depok, Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Bogor, Irianjaya, Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan, Palembang, dan wilayah Indonesia lainnya. “Kebanyakan konsumen pesan sandal atau sepatu untuk di bawa ke luar daerah. Sekarang ini pengguna sandal dan sepatu New Hunteria tersebar di seluruh Indonesia,” kata pemilik home industry New Hunteria, Muhammad Ahda, kemarin.

Untuk menunjang kemajuan produk lokal, Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Isma’il pernah menggulirkan Gerakan Cinta Produk Lokal dengan mengeluarkan Surat Edaran nomor 536/377 mengenai imbauan penggunaan produk lokal dalam negeri dan lokal Depok. “Surat Edaran itu untuk mendukung para pengusaha lokal yang produknya dianggap berkualitas. Salah satu produk yang mendapat perhatian wali kota ya New Hunteria ini,” tutur Ahda dengan logat melayunya.

Dia berharap, meredupnya pamor Cibaduyut sebagai centra sandal, sepatu kulit di Indonesia, dapat mendongkrak industry sepatu dan sandal kulit asal Kota Depok. Artinya, sepatu dan sandal kulit New Hunteria menjadi pilihan alternative masyarakat penyuka alas kaki terbuat dari bahan kulit. “Bila perlu orang yang datang ke Kota Depok tidak lengkap kalau tidak berbelanja New Hunteria,” kata Ahda.

Sambil sesekali mengusap kepala, pria yang telah merintis usaha pembuatan sandal dan sepatu kulit sejak 1987 itu menerangkan, keahliannya membuat sandal dan sepatu merupakan keahlian turun temurun. Sekarang ini, ia memiliki dua outlet: Jalan Siliwangi No.7 dan Jalan Arif Rachman Hakim No.2. “Ayah dan ibu saya merupakan pebisnis sandal, sepatu kulit. Sekarang usaha itu menurun ke diri saya,” kata dia.

Nama New Hunteria sendiri, terang Ahda, diambil dari potongan-potongan nama keluarganya: new diambil dari nama ibundanya Nelda Wati, Hun berasal dari nama Husni (ayahnya), Te berasal dari nama istrinya Telmis, Ri berasal dari nama anaknya Ridwan, sedangkan akhiran a diambil dari nama Ahda. “Nama Newhunteria diambil dari potongan nama keluarga saya,” kata dia sambil tertawa kecil.

Dalam menjalankan roda usahanya itu, ia berusaha menerapkan prinsip pemasaran. Misalnya, produk yang ditawarkan harus sesuai dengan pangsa pasar dan kemauan konsumen. Jangan heran kalau melihat konsumen berulang-ulang memesan sepatu atau sandal buatannya. Mereka bilang sandal dan sepatu merk New Hunteria terbuat dari kulit asli. Tidak pernah menjual kulit kalep atau kulita palsu. “Selain kualitas barang, dalam berbisnis setiap pedagang jangan pernah menipu konsumen. Kalau sepatu kita terbuat dari kulit ya bilang dari kulit. Kalau bukan ya bilang bukan,” katanya, seraya menambahkan bahwa saat ini sulit membedakan kulit asli dan kalep.

Layaknya seorang guru, Ahda menerangkan, harga sepatu New Hunteria tidak terlalu mahal dari mulai Rp150 ribu sampai dengan Rp350 ribu. Disamping itu, setiap pelanggan bisa memesan sepatu dengan ukuran apa pun, dan warna apa pun. Di tokonya tersedia sepatu dari mulai ukuran 41 cm, 42 cm, dan 43 cm bagi wanita. Dan, ukuran 43 cm,44 cm, 45 cm, 46 cm bagi lelaki. “Biasanya perempaun kesulitan membeli sepatu ukuran kaki 41 sampai 43 cm. Begitu juga lelaki. Kalau di tempat saya tinggal pesan,” kata Ahda.

Ahda menuturkan, selain melayani pemesanan pembuatan sepatu atau sandal kulit. Outletnya ini, kata dia, juga melayani perbaikan sepatu dan sandal kulit. “Sepatu yang diperbaiki tidak hanya sepatu merk New Hunteria, sepatu merk lain pun boleh. Tapi kalau sepatu merk New Hunteria mendapat garansi lem selama tiga bulan,” kata dia.

Guna mendukung usahanya tersebut, terang Ahda, ia dibantu 6 orang karyawan. Keenam karyawannya itu tidak hanya bertugas membuat sepatu dan sandal, melainkan juga melakukan reparasi kedua alas kaki tersebut. “Dalam sebulan omzet yang saya dapati bisa mencapai angka Rp13 juta sampai 15 juta. Dalam sehari ia bisa menjual 15 pasang sandal atau sepatu,” kata dia.

Di tengah upayanya memasarkan produk New Hunteria, tidak jarang Ahda mendapat tawaran dari pengusaha besar untuk membuat sepatu untuk diproduksi masal. Hanya saja, kata dia, sepatu dan sandal yang dibuatnya tidak menggunakan nama New Hunteria melainkan nama lain. Kalau pun diekspor ke luar negeri tidak tertulis buatan Indonesia atau buatan Depok. “Saya selalu menolak tawaran seperti itu. Buat apa mendapat untung besar kalau produk yang kita buat dipakai nama orang lain,” katanya.

0 komentar: