DEPOK, Menjelang detik-detik pelaksanaan ujian nasional (UN). Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok berencana memberlakukan jam tambahan wajib bagi para peserta UN di seluruh sekolah di Kota Depok. Materi tambahan tersebut berupa bimbingan iman dan takwa (Imtak). Dengan tujuan memberikan sokongan mental bagi seluruh peserta. "Tujuan dilaksanakannya Imtak oleh Disdik agar para peserta UN memiliki mental kuat. Tidak lekas cemas, stress, dan gampang panik dalam menghadapi soal-soal ujian," kata Wakil Ketua Komisi D, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok, Sri Rahayu Purwatiningsih, Rabu (20/1).
Sri Rahayu mengatakan, materi tambahan yang nantinya akan diberikan sekolah kepada para muridnya tidak hanya dalam bentuk materi agama semata, melainkan materi terkait psikologi, dan motivasi. Hal itu, kata dia, sebetulnya tidak hanya dibutuhkan para peserta didik saat mengikuti UN, melainkan juga dibutuhkan pasca UN itu sendiri. "Peserta UN harus dipersiapkan mentalnya sebelum dan sesudah UN," katanya.
Istri Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Tifatul Sembiring itu menuturkan, pemberlakukan jam tambahan bagi peserta UN merupakan usulan Komisi D kepada Disdik. Ternyata, kata Sri Rahayu, usulan tersebut ditanggapi positif oleh Plt Kepala Disdik Asep Sunarya. Dengan memberlakukan jam tambahan dalam waktu dekat ini. Sedangkan waktu penentuan pelaksanaan teknis Imtak itu sendiri, katanya, diberikan kewenangan sepenuhnya kepada sekolah. "Paling lama materi diberikan sekitar 1-2 jam. Itu pun diberikan sebelum pelajaran utama dilaksanakan," kata Sri Rahayu.
Sri Rahayu malanjutkan, mengenai siapa orang yang akan menjadi pemberi materi Imtak tersebut,ia menyarankan sebaiknya materi tersebut diberikan oleh guru agama dan guru BK. "Tidak perlu melibatkan orang dari luar. Materinya lebih menekankan pada kesiapan murid secara mental," ucapnya.
Pernyataan Sri Rahayu diamini anggota Komisi D lainnya, yakni Nur Komasiyah. Menurutnya, dengan diberlakukan jam tambahan maka dapat membantu peserta UN dalam mengatasi masalah psikologis atau masalah kejiwaan peserta UN itu sendiri. Dalam menghadapi soal ujian, kata dia, sebetulnya yang muncul bukan hanya kesulitan dalam mengatasi soal ujian tersebut, melainkan mengatasi beban secara spsikologis yang muncul pada saat itu."Dengan mengikuti Imtak, kita berharap peserta UN dapat mengatasi masalah kejiwaan saat menghadapi soal mau pun menerima segala hasil ujian tersebut. Kita tidak ingin mendengar kabar bahwa ada pelajar stress atau sampai bunuh diri," katanya.
Nur berharap, materi imtak ini dapat terus dikembangkan dimasa mendatang. "Tidak hanya mereka yang akan menghadapi UN saja yang mendapat materi Imtak. Pelajar ditingkat bawahnya pun perlu mendapatkan materi tersebut," kata dia.
Pelaksanaan UN untuk SMA/SMK di Depok sebanyak 12.752 peserta. UN sendiri akan berlangsung pada 22-24 Maret. Jumlah sekolah SMA di Kota Depok sebanyak 50 dan SMK sebanyak 71 sekolah. Dengan jumlah peserta sebanyak 4786 pelajar SMA dan 7966 pelajar SMK.
Sri Rahayu mengatakan, materi tambahan yang nantinya akan diberikan sekolah kepada para muridnya tidak hanya dalam bentuk materi agama semata, melainkan materi terkait psikologi, dan motivasi. Hal itu, kata dia, sebetulnya tidak hanya dibutuhkan para peserta didik saat mengikuti UN, melainkan juga dibutuhkan pasca UN itu sendiri. "Peserta UN harus dipersiapkan mentalnya sebelum dan sesudah UN," katanya.
Istri Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Tifatul Sembiring itu menuturkan, pemberlakukan jam tambahan bagi peserta UN merupakan usulan Komisi D kepada Disdik. Ternyata, kata Sri Rahayu, usulan tersebut ditanggapi positif oleh Plt Kepala Disdik Asep Sunarya. Dengan memberlakukan jam tambahan dalam waktu dekat ini. Sedangkan waktu penentuan pelaksanaan teknis Imtak itu sendiri, katanya, diberikan kewenangan sepenuhnya kepada sekolah. "Paling lama materi diberikan sekitar 1-2 jam. Itu pun diberikan sebelum pelajaran utama dilaksanakan," kata Sri Rahayu.
Sri Rahayu malanjutkan, mengenai siapa orang yang akan menjadi pemberi materi Imtak tersebut,ia menyarankan sebaiknya materi tersebut diberikan oleh guru agama dan guru BK. "Tidak perlu melibatkan orang dari luar. Materinya lebih menekankan pada kesiapan murid secara mental," ucapnya.
Pernyataan Sri Rahayu diamini anggota Komisi D lainnya, yakni Nur Komasiyah. Menurutnya, dengan diberlakukan jam tambahan maka dapat membantu peserta UN dalam mengatasi masalah psikologis atau masalah kejiwaan peserta UN itu sendiri. Dalam menghadapi soal ujian, kata dia, sebetulnya yang muncul bukan hanya kesulitan dalam mengatasi soal ujian tersebut, melainkan mengatasi beban secara spsikologis yang muncul pada saat itu."Dengan mengikuti Imtak, kita berharap peserta UN dapat mengatasi masalah kejiwaan saat menghadapi soal mau pun menerima segala hasil ujian tersebut. Kita tidak ingin mendengar kabar bahwa ada pelajar stress atau sampai bunuh diri," katanya.
Nur berharap, materi imtak ini dapat terus dikembangkan dimasa mendatang. "Tidak hanya mereka yang akan menghadapi UN saja yang mendapat materi Imtak. Pelajar ditingkat bawahnya pun perlu mendapatkan materi tersebut," kata dia.
Pelaksanaan UN untuk SMA/SMK di Depok sebanyak 12.752 peserta. UN sendiri akan berlangsung pada 22-24 Maret. Jumlah sekolah SMA di Kota Depok sebanyak 50 dan SMK sebanyak 71 sekolah. Dengan jumlah peserta sebanyak 4786 pelajar SMA dan 7966 pelajar SMK.
0 komentar:
Posting Komentar