Kamis, 16 April 2009

Mega Diramal Tetap Ngotot Melawan SBY Pada Pilpres Mendatang

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri diramal tetap ngotot maju dalam pemilihan presiden mendatang untuk melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) calon presiden usungan Partai Demokrat (PD). "Meski pun suara PDIP mengalami penurunan, tetap saja PDIP mengajukan Mega sebagai capres karena PDIP yakin Mega adalah capres terkuat selain SBY," kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Maswadi Raud dalam diskusi bertajuk "Analisis Hasil Awal Pemilu Legislatif 2009 : Pergeseran Konstilasi Politik da Wajah Parlemen", Kamis (16/4).

Menurut Maswadi, kendati saat ini elite partai politik (parpol) tengah gencar menjalankan komunikasi politik, ia tetap saja meyakini akan terbentuk dua koalisi partai dengan dua pasangan capres-cawapres, yakni koalisi pemerintah dan koalisi oposisi. "Dua koalisi ini menghasilkan sistem presidensial ideal karena didukung sebuah koalisi partai pemerintah yang berhadapan dengan koalisi oposisi," katanya.

Bila itu terjadi, kata Maswadi, Pemilu 2009 ini menghasilkan pemerintahan presidensial yang sehat, efektif, dan efisien jika dibandingakan pemerintahan priode 2004-2009. Hanya saja, terang Maswadi, parpol yang melakukan koalisi dipemerintahan harus menandatangani kontrak politik. Artinya, semua kebijakan pemerintah harus didukung. "Saya setuju dengan apa yang direncanakan SBY," katanya. Dia melanjutkan, namun pemerintah dalam hal ini presiden juga memiliki kewajibannya mengkomunikasikan seluruh kebijakan yang akan dikeluarkan kepada seluruh anggota koalisi."Kebijakan presiden harus diketahui partai koalisi," katanya.

Maswadi mengatakan, kecil kemungkinan dua capres mengambil cawapres dari kalangan profesional. Pasalnya, mereka membutuhkan mesin politik untuk mendulang suara. "Kalau tidak bagi-bagi kekuasaan parpol bisa lari," katanya.

Sementara pengamat politik lainnya, Eep Saifullah Fatah dengan tegas menyatakan tidak mungkin capres mengambil cawapres dari kalangan profesional atau non partisan. "Sumua ini bicara sharing power, kecil kemungkinan calon wakil presiden tidak diisi orang partai," katanya.

Ia juga membantah isu kalau Megawati akan legowo menyerahkan kekuasaan kepada putrinya Puan Maharani. Artinya, menduetkan Prabowo dengan Puan. "Ini politik, tidak mungkin partai sebesar PDIP menyerahkan kemenangannya kepada partai yang perolehan suaranya lebih kecil," tuturnya.

Sementara pengamat politik dari Pusat Kajian Politik FISIP UI, Sri Budi Eko Wardani menerangkan format koalisi terbagi dua yakni koalisi kuat dan koalisi pelangi. Koalisi kuat yaitu koalisi pemerintahan dan koalisi oposisi. Maksudnya, pemenang pilpres mendatang menjadi koalisi pemerintah dan yang kalah menjadi koalisi oposisi.

"PD sangat berambisi membangun koalisi pemerintahan karena mereka menang. PD sangat menginginkan Golkar, PKS, PKB, PAN, dan PPP masuk dalam koalisi," katanya.

Yang menjadi pertanyaan saat ini, kata dia, apakah Golkar bersedia diajak koalisi, apakah Golkar tetap mengajukan JK sebagai cawapres. "Kita akan menunggujawaban ini dari Rapimsus Golkar," tutur dia.

0 komentar: