Rabu, 05 Januari 2011

Pelaporan Lewat Situs Jejaring Sosial Dinilai Efektif


DEPOK, Rencana Polresta Depok menggunakan situs jejaring sosial seperti: Facebook dan Twitter dalam menerima pengaduan dan pelaporan dari masyarakat patut diacungkan jempol. Pasalnya, sekarang ini masyarakat dibelahan dunia manapun tengah keranjingan situs jejaring sosial. Termasuk juga warga Depok. “Penggunaan Facebook dan Twitter sebagai medium pelaporan sangat efektif. Di Amerika Serikat penggunaan situs jejaring sosial bahkan telah digunakan sebagai alat untuk melakukan uji fit and propertes bagi para pelamar kerja,” kata pengamat budaya Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati kepada Jurnal Nasional, Rabu (4/1).

Devie mengatakan, penggunaan Facebook dan Twitter oleh pihak Polresta Depok merupakan langkah maju dalam era komunikasi. Ia mencontohkan, kasus pesawat komersil Amerika yang jatuh di hudson river, serta serangan teroris Mumbai dikomunikasikan dengan sangat cepat melalui Twitter. “Mengalahkan media tradisional seperti TV dan koran,” katanya.

Wanita berpenampilan menarik ini lebih jauh mengatakan, situs jejaring sosial bahkan telah menyalip pornografi dalam hal penetrasinya bagi pengguna internet. Terkait dengan usulan untuk dibukanya saluran pengaduan melalui jaringan media sosial, hal ini sebenarnya menjadi terobosan penting dalam upaya mencapai misi meningkatkan pelayanan yang paripurna bagi masyarakat. “Yang menjadi pertanyaan apakah SDM Polres Depok sudah cukup untuk melayani membludaknya pengaduan,” kata Devie.
Devie mengingatkan, sekali pihak Polresta Depon membuka pos pengaduan social media, maka pihak polresta harus siap untuk melayani masyarakat 25 jam sehari, 8 hari seminggu. “Yang dimaksud siaga, bukan hanya memantau informasi, namun juga follow up di lapangan, merespon pengaduan yang ada,” katanya.

Ia membayangkan kemungkinan pihak kepolisian akan mengalami kelelahan. Namu, warga dunia maya sebenarnya juga dapat dikerahkan. Mereka juga dapat diberdayakan untuk mecek dan ricek apakah informasi yang disampaikan oleh warga dunia maya, sesat atau tidak. Barulah, nanti di respon oleh tim lapangan dari polresta Depok. ”Kinerja kepolisian dituntut untuk sangat profesional. Karena masyarakat dapat langsung menilai, bila ternyata pengaduan masuk, namun polisi merespon dengan lambat. Dan hal ini akan berbahaya bagi kredibilitas kepolisian,” katanya.

Devie mengatakan, berdasarkan survei di Amerika, hubungan personal dengan masyarakat dapat intensif dibangun melalui social media. Hal ini menjadi penting untuk kasus Indonesia. Semangat gotong royong dapat ditransfer melalui media Twitter, Facebook, dan lain lain. Tradisi lisan dan gotong royong khas Indonesia, justru semakin mengkristal melalui medium social media ini. ”Kita perlu mendorong, polres depok untuk dapat menjadi contoh bagi polres polres lain dalam upaya memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan yang paripurna bagi masyarakat,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Direktur Eksekutif Forum Reserarch Economy Social & Humanity (Fresh), Murtada Sinuraya. Menurutnya, dalam masyarakat modern yang memiliki konstitusi dan perangkat hukum, keberadaan institusi kepolisan tidak hanya mendapat legitimasi moral, tetapi lebih jelas lagi yaitu memperoleh mandat hukum untuk melakukan tindakan yuridis. “Bila jejaring sosial digunakan sebagai katalisator pengaduan masyarakat kepada pihak polisi maka hal ini merupakan langkah maju,” kata dia.

Ia mengatakan, keberadaan kepolisian guna memberikan perlindungan dan pelayanan masyarakat yang meliputi seluruh wilayah hukum Republik Indonesia merupakan manifestasi dari mandat dan amanat yang diberikan oleh masyarakat atau negara. Termasuk Polres Depok. “Kalau kinerja kepolisian ingin ditingkatkan ya begini lah caranya. Biasanya banyak warga Depok yang mengeluh lewat situs jejaring sosial,” kata Murtada.

Murtada mengingatkan, untuk membangun mutu kepolisian yang ideal ada lima syarat yang telah disepakati dunia, meliputi: SDM, sistem maupun peralatannya. Kelima syarat itu adalah: well motivated (memiliki motivasi yang baik), well educated (ini menyangkut system pendidikan, doktrin kurikulum), well trained (manajemen pelatihan), wall equipment ( sarana prasarana serta teknologi), dan wall fare (kesejahteraan prajurit). “Saya kira semuanya sudah terpenuhi,” katanya.

0 komentar: