DEPOK, Pameo orang miskin dilarang sakit sepertinya masih cocok disematkan pada pundak warga Depok. Sudah hampir satu tahun, Nya Yanti Kustianti (37) warga Jalan Mawar Raya, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, RT07/RW04, No.3, Kota Depok, menderita kanker payudara atau carcinoma mammae, stadium 3 B. Kondisinya sungguh sangat mengenaskan. Payudara sebelah kiri seperti ditempeli daging tubuh sebesar buah melon, dan mengeluarkan bau tak sedap. Ia sama sekali tidak memiliki uang untuk melakukan operasi, sekalipun Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah mengeluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk membantu Yanti. Namun ia mamiliki kewajiban membayar separuh pengobatan.
Rumah yang ditempati Nya Yanti dan suaminya Hidayat bukan lah rumah mereka berdua, melainka kediaman orangtua Hidayat, Endang Sumara. Hidayat kembali menumpang di kediaman istrinya sejak satu tahun lalu setelah istrinya diketahui menderita kanker payudara. Kondisi rumah boleh dikatakan sangat memprihatinkan. Atap rumah masih berupa seng.Ruang tamu terdapat dua bangku tamu dalam kondisi tidak layak digunakan.
Sudah berulangkali Hidayat (38) mencoba mengobati istrinya dengan pengobatan alternatif, namun tidak juga ada perubahan. Ia telah membawa Yanti ke suhu pengobatan alternatif yang ada di Klender, Jakarta Timur, dan Salabintana, Sukabumi, Jawa barat, lagi-lagi belum terlihat tanda-tadan kearah lebih baik. Bahkan, Hidayat pernah membawa istrinya ke klinik pengobatan spesialis kanker di bilangan Sukabumi. Ia terpaksa membatalkan pengobatan setelah dimintai uang sebanyak Rp25 juta untuk 10 hari pengobatan. "Dana awal yang harus dikeluarkan untuk pengobatan di klinik itu Rp5 juta. Saya langsung bawa pulang istri saya. Saya sama sekali tidak punya uang sebanyak itu, apalagi sampai juta-jutaan," katanya.
Sebagai seorang pengajar lepas di Madrasah Ibtidaiyah Sirojul Adfal, yang penghasilannya per hari hanya dibayar Rp20 ribu, Hidayat mengaku tidak sanggup membawa ibu dari dua buah hatinya; Hani (14)
dan Dina (4) berobat ke rumak sakit. Ia masih ingat derita yang dialami istrinya di bulan puasa. "Waktu itu kankernya pecah, Yanti merintih kesakitan. Saya hanya bisa bilang untuk bertahan. Kasihan Hani dan Dina," katanya.
Hidayat bukan tidak pernah membawa Yanti ke rumah sakit, ia telah membawa Yanti ke Rumah Sakit Negeri Daerah (RSUD) Cibinong. Akan tetapi ia terbentur dengan pembiayaan. Beruntung sebulan lalu, ia mendapat SKTM dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Sekarang ia dan Yanti dapat bolak-balik ke RSCM. "Saat ini sudah tiga kali melakukan pemeriksaan di RSCM dari mulai ronsen, patologi anatomi dengan mengambil sampel daging, sampai memeriksa darah. Sampai sekarang istri saya belum dapat dioperasi," katanya.
Sebagai seorang suami, Hidayat mengakui ia tidak memiliki uang banyak untuk membawa istrinya berobat. Bahkan, ia kebingungan untuk membayar separuh uang operasi jika RSCM memutuskan istrinya harus menjalankan operasi. Pasalnya, peserta SKTM hanya diberi keringanan separuh harga, separuhnya lagi di tanggung pemerintah. "Saya sama sekali tidak punya gambaran dari mana uang operasi saya dapatkan. Saya berharap mendapatkan uluran tangan dari para sukarelawan," katanya.
Kodisi Yanti sendiri hanya dapat terbaring lemah di atas kasus. Sebagai penderita kanker ia pun tidak sanggup mencium bau yang keluar dari payudaranya. Ia menggunakan masker sepanjang hari untuk mengurangi mencium bau tak sedap. Tubuhnya kurus kering, seperti tidak nampak daging pada tubuhnya.
Minggu, 17 Oktober 2010
Yanti Kustianti Penderita Kanker Payudara, Setahun Terkapar Tak Berdaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar