DEPOK, Wali Kota Nur Mahmudi Ismail dan Wakil Wali Kota Yuyun Wirasaputra dinilai sengaja menelantarkan ratusan petani jambu merah. Semenjak belimbing dewa dijadikan ikon Kota Depok, perhatian kedua pemimpin Kota Depok itu lebih terfokus pada para petani belimbing. Padahal, dahulu Kota Depok lebih dikenal sebagai kota penghasil jambu merah kelas wahid. "Sejak belimbing dewa dijadikan ikon Kota Depok, jambu merah kurang mendapat perhatikan. Kita sudah sering mengeluhkan kurannya perhatian itu ke Dinas Pertanian. Bahkan, kita sudah mengeluhkan kesulitan mendapatkan pupuk, obat-obatan, dan memasarkan jambu merah. Namun keluhan tersebut sama sekali tidak merespons," kata koordinator Kelompok Tani Jambu Merah (KTJM) Kota Depok, Samadikun, Senin (4/10).
Samadikun mengatakan, keluhan para petani jambu merah tidak hanya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian, melainkan wali kota dan wakil wali kota. Namun tetap saja perhatian yang selama ini diharapkan tak kunjung datang. "Petani jambu merah sudah kecewa dengan kedua pemimpin Depok itu. Perhatian mereka terhadap para petani jambu boleh dibilang nol persen. Akibatnya, masa depan perekonomian petani jambu merah di Depok suram. Padahal, potensinya cukup banyak bila terus digali," kata dia.
Menurut dia, ancaman terbesar para petani jambu merah adalah para tengkulak yang membeli hasil tani dengan harga di bawah standar. Permainan para tengkulak jika dibiarkan terus menerus dapat merugikan para petani yang roda ekonomi keluarganya berasal dari hasil pertanian. "Kalau wali kota tetap membiarkan hal ini terjadi, saya yakni patani jambu merah berangsur-angsur akan mati," kata Samadikun.
Samadikun berharap, Wali Kota Nur Mahmudi Ismail dan Wakil Wali Kota Yuyun Wirasaputra segera mencari solusi terhadap keluhan para petani jambu. Paling tidak, kata dia, keduanya dapat memenuhi kebutuhan para petani seperti pupuk dan obat-obatan. Kebutuhan pupuk dan obat-obatan."Paling tidak mereka dapat membantu secara permodalan dan pemasaran. Keduanya selalu menjadi kendala. Kita tahu beban petani semakin berat dalam biaya perawatan. Setelah masa panen, harga buah jambu merah selalu turun. Kita menginginkan langkah nyata dalam menggerakkan perekonomian pertanian," katanya.
Ia mengingatkan, buah belimbing yang selama ini dibanggakan dan dijadikan ikon kota Depok tidak lah seharum namanya. Banyak petani belimbing yang mengeluhkan nasib serupa dengan para petani jambu.
Hingga kini, terang Samadikun, KTMJ masih menunggu uluran tangan pemerintah. "Kami berusaha mendirikan pabrik jus jambu merah bertempat di Rawa Denok, Pancoran Mas, untuk mengatasi kurangnya perhatian wali kota. Kita masih terus berharap adanya keajaiban," kata Ketua koperasi Mubayanah itu.
Secara terpisah Ketua Perhimpunan Tani Indonesia (PTI) Kota Depok Rahman Tiro menyayangkan sikap Wali Kota Nur Mahmudi Ismail dan Wakil Wali Kota Yuyun Wirasaputra yang menelantarkan para petani jambu merah. Ia mengatakan, dahulu jambu merah merupakan produk andalan Kota Depok. "Jambu asal Depok sangat terkenal. Sangat disayangkan kalau kedua pemimpin Depok itu tidak memperhatikan para petani," katanya.
Rahman melihat jambu merah lebih layak dijadikan ikon Depok ketimbang belimbing dewa. Secara kualitas pun jambu merah lebih memiliki vitamin. "Kita sangat prihatin kalau sekarang justru para petani jambu tersingkirkan alasan politis," katanya.
Ia mengatakan, jumlah petani jambu merah di Kota Depok mencapai ratusan petani. Mereka tersebar di wilayah Kecamatan Sawangan, Bojong Sari, Cipayung, dan Pancoran Mas. "Saya berharap keluhan para petani menjadi catatan sendiri bagi para calon wali kota yang maju dalam pilkada Depok," kata Rahman.
Senin, 04 Oktober 2010
Petani Jambu Merah Merasa Diterlantarkan Wali Kota
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar