Minggu, 10 Oktober 2010

Infrastruktur Pasar Tradisional Depok Mengenaskan


DEPOK, Infrastruktur pasar tradisional di Kota Depok sangat mengenaskan serta jauh dari harapan untuk dapat meraih piala Adipura. Hal itu terlihat pada kondisi Pasar Kemirimuka, Kelurahan Beji,Kecamatan Beji, Kota Depok. Apa yang selama ini didengang-dengungkan Wali Kota Nur Mahmudi Ismail dan Wakil Wali Kota Yuyun Wirasaputra untuk memperbaiki infrastruktur pasar tersebut belum terealisasi seluruhnya. Kenyataan di lapangan justru terlihat sampah berserakan, becek, saluran air yang kurang lancar, dan genangan air dimana-mana. "Saya kira perlu ada revilalisasi pengelolaan pasar untuk mendapatkan piala Adipura," kata staff Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat Erwin, kemarin.

Erwin mengatakan, seberapa pun peran Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dalam melakukan revitalisasi menjadi percuma tanpa peran serta masyarakat. Baik itu masyarakat sebagai pembeli maupun penjual. Ia berharap, masyarakat Depok menyadari kalau tugas menjaga kebersihan bukan hanya menjadi peran Pemkot Depok melainkan peran seluruh masyarakat. "Bagusnya setiap pedagang menyediakan tong sampah masing-masing. Sisa-sisa sampah tidak menumpuk dan berserakan dimana-mana," katanya.

Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, kata Erwin, ia menemukan tempat pengolahan sampah sementara yang tidak berfungsi secara optimal. Akibatnya, tumpukan sampah tampak meluas dan berserakan. Diperparah lagi, lanjutnya, saluran air yang juga tidak berfungsi. "Untuk menciptakan clean and green itu, gorong-gorong harus difungsikan dengan baik," kata dia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Depok Rahamat Subagio yang juga ikut memantau berjanji menindaklanjuti temuan tersebut. Ia himbauan agar setiap pedagan menyediakan tempat pembuangan sampah masing-masing. Terlebih lagi, lanjutnya, kerja bhakti semua warga harus tetap dilakukan. Rahmat mengatakan, saluran air yang ada banyak terdapat sampah sehingga menyebabkan air tidak mengalir. Dia meminta petugas ketertiban dan keamanan untuk dapat mengingatkan kesadaran warga di lingkungan pasar. "Partisipasi pedagang dan masyarakat untuk peduli pada lingkungan sangat ditunggu.,"katanya.


Sementara itu, salah seorang pedagang tahu, Muhtarom (25) mengaku sangat resah dengan keadaan pasar yang selalu kotor. Menurutnya, waktu masih awal berdiri terlihat rapih. Namun, setelahnya keadaan berubah. "Kalau ditanya kotor itu sih sudah pasti, susah untuk jadi rapi seperti pasar perumnas. Kita juga sudah sering di datangi diminta bersih-bersih," katanya.

Tarom menyabut baik jika DLH Kota Depok meminta para pedagang menyediakan tempat sampah sendiri. Yang menjadi pertanyaan pungutan yang selama ini ditarik petugas sekitar Rp 6 ribu perhari digunakan untuk apa?. "Kalau sekarang pedagang harus dibebankan menyediakan tong sampah.Kita keberatan. Apa fungsinya petugas kebersihan dan pungutan itu," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Sugeng pedagang ikan yang mengeluhkan pungutan. Ia merinci dari uang kebersihan dan keamanan. Seharusnya lebih dari cukup melakukan pembenahan pasar kemirimuka. "Jangan beban kebersihan dibebankan kembali ke pedagang," katanya.

0 komentar: