Minggu, 13 Februari 2011

Pengusaha Keluhkan Naiknya Harga Kedelai


DEPOK, Minimnya pasokan kacang kedelai ke wilayah Depok membuat harga kedelai merangkak naik. Hal ini membuat para pengusaha tahu dan tempe mengeluh. Kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu dan tempe seharusnya memiliki harga yang stabil. Ada dugaan kenaikan harga tidak terlepas dari permainan harga yang dilakukan orang per orangan atau kelompok yang mencoba mengeruhkan situasi.
Bila hal ini dibiarkan begitu saja oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. Maka tidak menutup kemungkinan para pelaku bisnis tempe dan tahu gulung tikar. Harga kedelai di pasaran mencapai kisaran Rp7 ribu sampai Rp8 ribu. “Jika dibandingkan dengan harga di Januari maka terjadi selisih harga yang mencolok. Sebab, harga Januari berkisar diangka Rp5.500,” terang Suhendra, pemilik pabrik tahu, di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Minggu (13/2).


Bila hal seperti ini dibiarkan, kata Suhendra, tidak menutup kemungkinan tingginya harga kedelai menjadi pemicu para pelaku bisnis yang sama dengannya gulung tikar. Saat ini, ujarnya, langkah tersebut sudah mulai terlihat. Indikasinya adalah pengurangan jumlah produksi hingga 40 persen. ”Saya mengurangi produksi tahu dari 4 kwintal per hari hingga 2,5 kwintal. Kami mengurangi produksi karena kedelai makin mahal, sejauh ini sih empat karyawan saya masih bertahan, tapi kalau terus naik mungkin kami akan berhenti berproduksi untuk sementara waktu sampai harga kedelai stabil,” kata dia.

Hal senada juga diutarakan Bruno, pengusaha tahu di Kampung Poncol. Katanya, untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, ia terpaksa menaikkan harga tahu per potong. ”Kalau biasanya Rp200 per potong saya naikan sedikit. Jenis tahu yang naik yakni tahu goreng, tahu potong, dan tahu kuning. Kalau tahu cina dari harga 2 ribu rupiah menjadi Rp 2500. sedangkan tahu bandung dari Rp 300 menjadi Rp 350,” terang Bruno.
Bruno menganggap hal itu sebagai siasat. Bila hal itu tidak dilakukan maka secara otomatis pengusaha tahu gulung tikar. Sebab, harga produksi lebih tinggi ketimbang harga jual. “Saya berharap ada langkah pencegahan dari Pemkot Depok untuk menyelamatkan para pengusaha tahu. Caranya terserah mereka. Bisa dilakukan lewat subsidi atau menyediakan kebutuhan pengusaha dengan harga murah,” kata dia.

Sayangnya langkah memperkecil bentuk tahu dan meninggikan harga tahu dikomplain para penikmat panganan tahu dan tempe. Salah satunya Rahayu(54), warga Cipayung Kota Depok. ”Saya terbiasa beli tahu cina, harganya sih tetap Rp2 ribu, tapi memang lebih kecil ukurannya. Rasanya tidak enak berbeda seperti biasa. Sedikit asam, mungkin pakai kedelai yang kualitasnya rendah,” katanya.

Di lokasi berbeda juga terdengar keluhan yang sama. Toha pedagang tahu di Pasar Kemirimuka, terpaksa mogok berjualan karena tahu sulit dicari. Disamping minat pembeli menurun. ”Baru sekarang saya jualan lagi. Dua hari kita terpaksa mogok jualan. Tahunya ga ada,” katanya.

Toha mengatakan, biasanya dalam sehari ia bisa menjual tahu hingga tiga boks besar. Kini hanya berhasil terjual satu boks. Itu pun dari pagi sampai malam. ”Per boksnya bisa 680 potong. Dari hari kehari nasib pedagang semakin sulit. Semua harga naik,” kata dia.

0 komentar: