Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Depok meningkat sejak tahun 2006 sampai 2010. Peningkatan terjadi hampir mencapai 27 persen. Pada 2006, estimasi penderita HIV/AIDS berjumlah 290 orang dan melonjak hingga 750 orang pada 2010. “Hal ini menandakan penularan penyakit yang tidak terkontrol di Kota Depok,” kata koordinator LSM Stigma, Ade Suryana saat pembukaan Klinik Program Terapi Rumatan Matadon (PTRM) di UPT Puskesmas Sukmajaya, Depok, Selasa (1/12).
Ade meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Depok perlu waspada terhadap indikator ini. Meski estimasi pada 2010, kurang meyakinkan. Tapi hal ini dapat dijadikan indikator untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Pemkot Depok. “Pemkot harus waspada,” kata dia.
Mobilitas masayarakat Depok yang tinggi menyebakan terjadinya penularan penyakit tersebut. Penularan penyakit melalui ibu hamil ata menyusui kepada anak, sambung Ade dapat menyebabkan anak balita terserang penyakit berbahaya itu. Dicontohkannya, jika 50 persen penderita HIV/AIDS memiliki pasangan dan sedikitnya memiliki seorang anak, berarti akan ada 375 anak yang berpotensi tertular.
Dari 11 kecamatan yang ada di Depok, tiga diantaranya menduduki posisi tertinggi. Yakni: Kecamatan Beji, Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas. “Daerah-daerah ini merupakan wilayah yang dekat dengan pusat pemerintahan dan bisnis di Kota Depok,” kata Ade.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Depok, Hardiono, mengatakan pihaknya terus berupaya menekan jumlah penderita HIV/AIDS dengan membangun klinik program terapi rumatan metadon (PTRM) yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Barat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. “Melalui terapi tersebut akan mengurangi ketagihan atau adiksi dari narkoba menggunakan jarum suntik. Karena terapi ini dengan cara meminum metadon,” kata Hardiono.
Dia menambahkan, hingga saat ini Pemkot Depok belum memiliki rumah sakit atau balai penanggulangan bagi penderita HIV/AIDS. “RSUD belum mampu dalam melakukan tugas tersebut karena keterbatasan fasilitas,” katanya.
Dalam penanganannya, Pemkot Depok selalu berkordinasi dengan Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. “Klinik ini hanya sebagai terapi bagi pecandu narkoba. Kalau untuk penderita HIV/AIDS, tetap harus dilarikan ke rumah sakit tertentu,” kata Hardiono.
Menanggapi hal tersebut, staf seksi pelayanan dasar khusus Dinkes Jabar, Yanyan Susilawati meminta Pemkot Depok agar membangun rumah sakit bagi penderita HIV/AIDS. “Se-Jawa Barat, hanya Depok saja yang belum punya,” kata Yanyan.
Rumah sakit tersebut dinilai penting bagi penanggulangan penyakit di Depok. Apalagi, Depok termasuk dalam 10 wilayah tertinggi penderita HIV/AIDS. “Ini juga untuk menjaring penderita dan memudahkan mereka untuk mendapatkan pengobatan terpadu,” jelasnya.
Rabu, 01 Desember 2010
Jumlah Pendirita HIV di Depok Meningkat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar