Kamis, 18 November 2010

Lomba Bakar Sate Ala Santri Al Hamidiyah


DEPOK, Semarak idul qurban tak hanya terbatas pada penyembelihan hewan qurban. Ummat muslim boleh merayakannya semangat berqurban tersebut dengan aneka macam kegiatan. Salah satunya adalah dengan mengadakan lomba memasak hewan qurban.

Di Pesantren Al-Hamidiyah, ratusan santri putri dan santri putra berlomba-lomba membuat sate kambing qurban. Siapa yang bisa mengolah daging kambing dengan empuk, lezat, dan memiliki tampilan menarik akan didaulat menjadi pemenang.

Panitia lomba membagi santri ke dalam 34 kelompok. Koordinator Panitia Perlombaan Sate Sofiah mengatakan, perlombaan mengolah daging kambing menjadi sate merupakan kegiatan tahunan. Lomba tersebut, kata dia, memiliki pesan agar santri memiliki kemandirian dan kebersamaan. “Daging yang kita masuk merupakan daging dari hewan qurban milik para santri. Kita ajarkan kepada mereka rasa kebersamaan, kemandirian, dan semangat Idul Adha,” katanya, Kamis (18/11).

Sofi mengatakan, panitia menyediakan lima ekor kambing qurban untuk dijadikan sate. Selain itu, panitia juga menyediakan peralatan pembakaran serta bumbu mentah. Ia menambahkan, panitia tidak menyediakan resep untuk mereka. “Kegiatan ini menuntut kreatifitas dan kerjasama antar tim. Bukan hanya rasa yang dinilai, proses dan penampilan semenarik mungkin saat penyajian menjadi nilai tambah,” kata wanita yang dipercaya menjadi koordinator asrama itu.

Kriteria penilaian, sambungnya, didasari pada rasa, warna sate, kreatifitas, kekompakan, dan kebersihan. Semua peserta, kata Sofi, tidak pernah mendapatkan pelajaran membuat sate. Namun, ia meyakini setiap peserta akan mendapatkan pelajaran soal seni dalam pengolahan sate. “Saya tidak melihat mereka kesulitan. Justru saya lihat adalah rasa kebersamaan diantara mereka dan memaknai moment Idul Adha,” katanya lagi.

Dia menambahkan, untuk memberikan penilaian terhadap hasil pembakaran para santri, panitia telah membentuk tim juri khusus yang terdiri dari dewan guru, wartawan, dan orangtua siswa. Setelah sate dinilai, sate dapat dinikmati secara bersama-sama. “Sate hasil olahan santri dapat dinikmati bersama,” kata Sofi.

Sementara itu, peserta lomba pembuatan sate, Miranda Tri Meta Pratiwi mengatakan, ia sangat senang mengikuti perlombaan. Pasalnya, kegaitan ini adalah pengalaman terakhir bersama teman-temannya kelas 3 Madrasah Aliyah di Pesantren. Dirinya mengaku, bersama kelompoknya yang terdiri dari 15 orang telah memiliki resep khusus dalam pengolahan sate kambing. “Kita punya resep khusus mengolah kambing. Dijamin rasanya nikmat,” katanya.

Meta menuturkan, untuk menghilangkan bau kambing, daging terlebih dahulu diungkep dengan daun papaya. Sebelum pembakaran, daging juga direndam dengan air perasan nanas. Saat pembakaran, selain menggunkan kecap dan bumbu secara biasa, dicampur dengan madu. Saat penyajiannya pun, kata dia, dirinya memberi hiasan sebagai assesoris. “Siapapun yang melihatnya, pasti menggiurkan lidah. Soalnya, cita rasa dan penampilannya menggugah selera. Saya yakin, bisa menjuarai lomba ini,”ujarnya.

1 komentar:

rozi mengatakan...

like this ...